Universitas Airlangga Official Website

Profil Ikan Kerapu Bebek yang Terinfestasi Cacing Benedenia

Illustrated by Upacaya

Ikan kerapu bebek merupakan ikan konsumsi yang populer untuk dibudidayakan karena harganya yang tinggi, rasanya yang enak, dan pertumbuhannya yang cepat. Serta masyarakat yang sudah memahami teknologi budi dayanya. Produksi budi daya ikan kerapu yang di tinggi di Indonesia terletak di perairan Lampung, dan Situbondo Jawa Timur adalah kerapu bebek (Cromileptes altivelis).

Budidaya ini merupakan budidaya yang sudah dimulai sejak bulan Januari Tahun 2000. Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu ekspor ikan utama Indonesia pada tahun 2017 dan diekspor ke berbagai negara, seperti Malaysia, Jepang, dan Amerika Serikat. Namun, dalam budidaya yang berhasil, kedua lokasi tersebut sering mengalami pencemaran air yang merugikan pembudidaya kerapu bebek.

Banyak industri di Lampung dan Situbondo yang masih membuang limbah ke dalam laut, yang merusak kualitas air dan menyebabkan kematian massal ikan di keramba pembudidaya. Dampak limbah industri juga menyebabkan keramba jaring apung menjadi kotor sehingga sisa pakan yang tidak dikonsumsi ikan dan hasil kegiatan metabolisme ikan (feses dan urine) tidak dapat terurai, yang berakibat pada munculnya berbagai macam penyakit, terutama dari cacing parasit.

Hasil identifikasi cacing parasit secara morfologi dan molekuler pada ikan kerapu bebek pada keramba jaring apung di perairan Lampung dan Situbondo ditemukan adanya dua jenis cacing trematoda baru yaitu Benedenia hoshinai dan Benedenia sargocentron. Dua jenis cacing tersebut sering ditemukan di permukaan tubuh inang, yaitu pada kulit, sirip, mata dan insang.

Angka prevalensi infeksi cacing Trematoda pada ikan kerapu bebek yang dibudidayakan di keramba jaring apung perairan Lampung sebesar 90%, dan di perairan Situbondo sebesar 80%. hal ini menunjukkan keadaan yang selalu terjadi. Tingginya angka prevalensi ini dapat disebabkan oleh perairan di sana yang tercemar oleh industri manufaktur, seperti tepung tapioka, minyak kelapa sawit, pakan ternak, makanan dan minuman, pengolahan ikan, karet, perkebunan, pertanian, dan pertambangan, yang secara langsung bertanggung jawab terhadap lingkungan dan pencemaran air laut. Khususnya Lampung yang memiliki nilai prevalensi lebih tinggi dibandingkan Situbondo, hal ini dikarenakan banyaknya pemukiman penduduk di Teluk Hurun, Lampung, sehingga aktivitas antropogenik juga meningkatkan pencemaran laut selain dari industri manufaktur

Cacing Benedenia cukup berbahaya karena sering dilaporkan dengan penyakit sekunder seperti virus dan bakteri yang menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena cacing ini menempel pada permukaan kulit dan insang sehingga menyebabkan luka/bisul pada ikan. Luka ini merupakan pintu masuk bagi virus, bakteri, dan jamur untuk menyerang sistem kekebalan tubuh ikan dengan mudah karena tidak ada lendir atau kulit sebagai perlindungan awal.

Faktor lain yang diduga karena adanya arus dan sirkulasi air yang terganggu akibat jaring yang kotor. Oleh karenanya perlu dilakukan perawatan secara berkala terhadap keramba jaring apung agar selalu dalam keadaan bersih untuk mencegah terjadinya kontak dengan cacing tersebut.

Link jurnal terkait tulisan di atas : https://smujo.id/biodiv/article/view/16369