Universitas Airlangga Official Website

Self-Leadership Menentukan Ketahanan Mahasiswa Selama Pandemi

Foto by UMJ

Pandemi COVID-19 telah menggeser pendidikan tinggi di Indonesia menuju era baru digitalisasi. Mahasiswa harus beradaptasi dengan kehidupan baru di mana belajar dan interaksi sosial tiba-tiba pindah ke dunia maya. Perubahan mendadak ini dapat memicu keadaan kontraproduktif bagi mahasiswa untuk berprestasi baik dalam studi mereka.

Resiliensi telah ditemukan sebagai salah satu faktor menjaga kesehatan mental para pelajar dalam masa sulit seperti pandemi. Resiliensi menggambarkan bagaimana seseorang dapat melawan ketidakseimbangan yang terjadi dalam hidupnya, beradaptasi, dan terus dapat berkembang. Hal ini juga menunjukkan kemampuan individu untuk dapat bangkit kembali atau pulih dari stres yang diakibatkan dari kondisi ketidakseimbangan yang mereka hadapi. Resiliensi umumnya diamati pada remaja untuk menangkap tantangan mereka dalam mencapai dewasa.  Sebagai remaja akhir yang akan menginjak dewasa, resiliensi mahasiswa logikanya dapat meminimalkan efek dari pengalaman stres terkait berbagai disrupsi yang terjadi karena COVID-19.

Namun, bagaimana sebenarnya resiliensi mahasiswa Indonesia selama COVID-19?

Resiliensi mahasiswa Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 belum banyak didokumentasikan. Tim peneliti yang terdiri dari dosen, mahasiswa serta alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat melakukan penelitian menganalisis apa yang menentukan resiliensi mahasiswa selama pandemi COVID-19.

Survei dilakukan pada mahasiswa tingkat dua Program Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga tentang pengalaman mereka selama pandemi. Survei ini dilakukan pada tahun kedua pandemi menerpa Indonesia yang menyebabkan mahasiswa harus berkuliah secara online.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berada di daerah tertinggal dan mengalami dampak pandemi COVID-19 ternyata tidak menentukan resiliensi mahasiswa. Kempemimpinan diri menjadi determinan utama yang menentukan resiliensi mahasiswa. Usia mahasiswa adalah satu-satunya penentu resiliensi ketika kepemimpinan diri tidak dimasukkan dalam analisis. Mahasiswa yang memiliki strategi pola pikir konstruktif cenderung memiliki resiliensi yang lebih baik dibanding pola pikir lainnya. Pandemi COVID-19 adalah pengalaman perkembangan bagi mahasiswa untuk menjadi dewasa. Selama pandemi ada banyak hal kompleks bagi mahasiswa untuk beradaptasi dengan perubahan pembelajaran menjadi perkuliahan online dan isolasi sosial karena tidak dapat berkomunikasi langsung dengan mahasiswa lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pikir yang konstruktif diperlukan untuk memastikan resiliensi mahasiswa. Mahasiswa didorong untuk memiliki pola pikir optimis dan berpikiran terbuka dengan self-talk positif untuk bangkit kembali jika terjadi kesulitan.

Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya mengapa pusat dukungan mahasiswa harus menyediakan konseling untuk mahasiswa dengan kondisi kesehatan mental yang terguncang dan siswa yang memiliki tantangan baru di masanya mencapai usia dewasa. Student support center di perguruan tinggi diperlukan untuk membantu mahasiswa dalam mencapai ketrampilan kepemimpinan diri dan proses pembentukan resiliensi yang lebih baik.

Penulis: Nuzulul Kusuma Putri, S.KM., M.Kes.

Link Jurnal: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/what-determines-student-resilience-during-the-covid-19-pandemic