Gangguan emosi dan perilaku pada anak dan remaja telah menjadi fokus kesehatan global di dunia karena mereka dikaitkan dengan gangguan fungsional, paparan stigma dan diskriminasi, dan bahkan potensi kematian. Data epidemiologi global menyatakan 12-13% anak dan remaja menderita gangguan jiwa. Laporan Riskesdas Indonesia 2018 menyatakan bahwa jumlah gangguan emosi dan perilaku di Indonesia adalah 9,6%. Angka ini meningkat dibandingkan hasil tahun 2013 yang sebesar 6,0%.
Masalah emosi dan perilaku yang tidak teratasi akan berdampak negatif bagi perkembangan anak, khususnya pada kepribadian, gangguan emosi dan perilaku berisiko tinggi. Gangguan emosi dan perilaku adalah suatu kondisi di mana perilaku dan emosi anak sangat berbeda dengan perilaku dan emosi anak-anak lain dengan usia dan latar belakang yang sama, yang dapat menyebabkan penurunan interaksi dan hubungan sosial, perawatan diri, serta proses pembelajaran dan perilaku di kelas. Anak diharapkan tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik, mental, sosial dan emosional. Anak-anak yang sehat secara mental dapat mengendalikan emosi mereka sendiri dan mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial mereka.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko masalah mental dan emosional pada anak antara lain; faktor individu, keluarga, peristiwa kehidupan, sosial, dan faktor sekolah.
Masalah emosi dan perilaku anak tidak lepas dari peran keluarga karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak dan berperan penting dalam perkembangan mental anak. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua akan lebih mudah dicerna dan diadaptasi oleh anak-anak. Dengan kata lain, perlakuan masing-masing keluarga, terutama orang tua, akan “dicatat” oleh anak dan mempengaruhi perkembangan emosinya, yang lambat laun akan membentuk kepribadiannya.
Stres Psikologis Ibu
Penelitian menunjukkan bahwa stres psikologis lebih sering dialami ibu dibandingkan ayah. Stres psikologis yang dialami ibu akan memengaruhi tanggung jawab orang tua dalam mengasuh anaknya karena parenting stress akan menimbulkan masalah pada tumbuh kembang anak. Kondisi ibu dengan tekanan psikologis yang memiliki anak berusia SD, dimana pada usia ini merupakan pengalaman sekolah pertama anak yang menentukan keberhasilan atau kegagalan di masa depan. Jika orang tua tidak dapat mengontrol emosi yang dirasakannya maka akan berhubungan dengan tingkat stress psikologis yang lebih tinggi bagi orang tua, dan penggunaan strategi regulasi emosi akan memengaruhi proses emosional dan mental anak.
Masalah emosi dan perilaku pada anak bisa berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius, seperti depresi dan risiko bunuh diri.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Airlangga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara stres psikologis ibu dengan masalah emosi dan perilaku bagi anak usia sekolah dasar terutama pada skala difficulties. Kondisi stress psikologis yang dialami ibu sebagian besar berada pada tingkat stres sedang, namun ada beberapa ibu yang mengalami stres berat. Sebagian besar kondisi emosi dan perilaku anak berada pada kategori normal, namun masih terdapat beberapa anak dalam kategori tidak normal.
Penulis: Izzatul Fithriyah, dr. Sp.KJ(K)
Detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di https://al-kindipublisher.com/index.php/jmhs/article/view/4425
Untuk informasi lebih lanjut, hasil penelitian dapat diakses di laman jurnal: https://al-kindipublisher.com/index.php/jmhs/article/view/4425