Universitas Airlangga Official Website

The Concentration of Radionuclides in the Muscle of Sardine Fish

Foto oleh Modern Farmer

Keamanan pangan, khususnya makanan laut, telah menjadi perhatian global. Pada pertengahan abad ke-20, pencemaran lingkungan khususnya biota laut oleh radionuklida dan logam berat menarik perhatian yang cukup besar. Pencemaran laut akibat peningkatan radionuklida dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan tes ledakan senjata nuklir dan kecelakaan (misalnya, bencana Fukushima dan Chernobyl) dikaitkan dengan peningkatan paparan radiasi ke populasi manusia melalui konsumsi yang terkontaminasi makanan laut. Kontributor utama paparan radiasi terhadap biota laut adalah air dan mangsa yang terkontaminasi. Oleh karena itu, kandungan radionuklida pada hewan laut dikondisikan dengan kebiasaan makan dan tingkat radionuklida dalam air dan mangsa.

Penyelidikan radioekologi kelautan telah membahas jalur paparan radionuklida dan transfer ke biota laut. Radionuklida dapat mencapai hewan laut melalui sumber alami dan buatan. Kontribusi utama bahan radioaktif alami terhadap lingkungan laut adalah aliran sungai, partikel yang tertiup angin, dan air tanah. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi nuklir, kekhawatiran mengenai kontaminasi sumber daya air dengan radionuklida dan kontaminasi makanan laut meningkat. Ikan sarden (Sardene plichardus), sebagai ikan pelagis kecil pemakan plankton, cenderung mengakumulasi kandungan 210Po yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan lain seperti makarel, laut berkepala emas bream, dan belanak merah. Tingkat radionuklida pada ikan sarden berfluktuasi berdasarkan musim dan lebih tinggi di musim dingin dan musim panas daripada di musim gugur dan musim semi. Tingkat radionuklida dalam ikan sarden segar otot lebih tinggi dari sarden kalengan karena suhu yang ditinggikan untuk pengalengan, yang mendukung pelepasan radionuklida seperti gas radon dari jaringan sarden. Konsumsi ikan dan produk ikan menyediakan lemak tak jenuh ganda yang tinggi asam (PUFA) dan berbagai protein dan mikro seperti vitamin dan mineral.

Ikan pelagis kecil seperti sarden kaya akan PUFA, termasuk docosahexaenoic acid (DHA) dan eicosatetraenoic acid (EPA), yang berperan penting dalam promosi kesehatan, menjaga kesehatan jantung, dan kadar kolesterol. Pada penyelidikan saat ini, dilakukan penilaian meta-analisis dan paparan mengenai konsentrasi radionuklida, termasuk timbal-210 (Pb-210), polonium-210 (Po-210), dan sesium-137 (Cs-137) pada otot ikan Sarden. Dalam hal ini, beberapa basis data termasuk Scopus dan PubMed dipilih untuk mengambil makalah mengenai konsentrasi radionuklida di otot ikan Sarden dari Januari 2000 sampai 25 Juni 2021.

Kata kunci yang digunakan adalah polonium-210, radioaktivitas alami, timbal-210, radiokesium, sesium-137, radionuklida, radium-226, makanan laut, ikan laut, ikan sarden, sardenella longiceps, dan Clupeidae. Selain itu, dosis efektif (ED) dihitung untuk memperkirakan risiko karsinogenik pada konsumen ikan Sarden. Urutan peringkat radionuklida pada otot ikan sarden adalah Po-210 (31,50 Bq/kg) > Pb-210 (3,34 Bq/kg) > Cs-137 (0,48 Bq/kg). Berdasarkan peringkat Pb-210 negara adalah Prancis (12,00 Bq/kg) > India (4,06 Bq/kg) > Turki (3,29 Bq/kg) > Spanyol (1,00 Bq/kg) > Slovenia (0,55 Bq/kg); Po-210 adalah Turki (74,96 Bq/kg) > Spanyol (48,00 Bq/kg) > Prancis (31,500 Bq/kg > India (30,25 Bq/kg) > Slovenia (25,00 Bq/kg) > Kuwait (7,28 Bq/kg) dan juga, Cs-137 adalah Jepang (1,22 Bq/kg) > Kroasia (0,18 Bq/kg) > India (0,23 Bq/kg). ED terendah dan tertinggi dari 210Po diamati di Kuwait (5.10E-04 msv/y, wanita) dan Prancis (3.14E-01, laki-laki), Pb-210, Slovenia (7.24E-05 msv/y, laki-laki) dan Prancis (1.48E-02 msv/y, wanita), dan Cs-137, Croasia (8.47E-08 msv/y, laki-laki) dan Jepang (2.54E-05 msv/y, wanita). Penilaian risiko menunjukkan bahwa populasi yang terpapar berada pada kisaran risiko yang dapat diterima (H < 1 mSv/y).

Penulis: Trias Mahmudiono, S.KM., M.P.H., Ph.D.

Link: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35588038/