Universitas Airlangga Official Website

Ubi Jalar Ungu, Makanan Sehat Pencegah Kanker Nasofaring

Foto by Hello Sehat

Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang timbul di area kepala dan leher, terutama di dinding belakang hidung. Di Indonesia, tercatat sebanyak 348,809 kasus baru dan 207,210 kematian yang disebabkan oleh KNF setiap tahunnya. Penyakit ini dapat dipicu oleh berbagai macam faktor, antara lain faktor genetik, virus, dan lingkungan. Paparan terhadap bahan pemicu kanker (karsinogenik) merupakan salah satu faktor lingkungan pencetus terjadinya KNF.

Salah satu bahan karsinogenik yang berpotensi menyebabkan KNF adalah formaldehida. Zat ini dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif, yaitu kondisi ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan pada tubuh manusia. Bila kondisi stres oksidatif berlanjut, akan terjadi gangguan pada gen dan kematian sel. Selain itu, formaldehida juga dapat menyebabkan proses peradangan, pembentukan tumor, dan penjalaran penyakit (metastasis). Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan antioksidan, yaitu sebuah mekanisme pertahanan khusus yang menangkal efek radikal bebas dan mencegah terjadinya stres oksidatif.

Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L) telah dikenal memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, salah satunya dapat mencegah penyakit kanker nasofaring. Hal ini disebabkan kandungan antosianin pada ubi jalar ungu. Antosianin memiliki dua kandungan penting, yaitu sianidin dan peonidin, yang sudah terbukti perannya sebagai antioksidan dalam tubuh. Kadar antosianin yang terdapat dalam ubi jalar ungu cukup tinggi, yaitu berkisar antara 110 hingga 210 miligram per 100 gram. Selain itu, ekstrak etanol ubi jalar ungu juga dapat mencegah proses radang dan kematian sel pada banyak jenis kanker. Namun, efek ekstrak etanol ubi jalar ungu pada perkembangan penyakit KNF masih belum banyak diketahui. Berangkat dari sinilah penelitian dilakukan.

Penelitian yang di lakukan oleh dr. Ni Ketut Susilawati, Dr. AC Romdhoni bersama tim kolaborasi dari Universitas Udayana dan Airlangga, melakukan pemberian ekstrak etanol ubi jalar ungu pada tiga puluh dua mencit yang sudah diberikan formaldehida sebelumnya untuk memicu terjadinya kerusakan jaringan. Mencit-mencit tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan ekstrak etanol ubi jalar ungu sebanyak 1g/kgBB/hari selama 16 minggu dan kelompok kontrol, yaitu tidak mendapatkan ekstrak etanol ubi jalar ungu. Evaluasi dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehid (MDA), tumor necrosis factor (TNF)-α dan p53. Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan mengevaluasi gambaran mikroskopik epitel nasofaring.

Penelitian menunjukkan kelompok mencit yang mendapatkan ekstrak etanol ubi jalar ungu memiliki kadar MDA dan TNF-α yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sementara itu, kadar p53 pada kedua kelompok ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Gambaran histopatologi pada kedua kelompok ini berbeda secara signifikan. Kadar MDA yang rendah dalam darah berdampak pada penurunan kejadian mutasi DNA dan perubahan gambaran histopatologi pada lapisan epitel nasofaring. Kadar TNF-α yang rendah berdampak pada pencegahan aktivasi sel radang, perkembangan dan kematian sel.

Siapa sangka, pemberian ekstrak etanol ubi jalar ungu terbukti dapat memperbaiki kondisi jaringan nasofaring. Ekstrak etanol ubi jalar ungu memiliki efek antioksidan dan antikanker dengan cara menurunkan kadar MDA dan TNF-α, serta meningkatkan kadar p53. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak etanol ubi jalar ungu berpotensi menjadi terapi alternatif dengan komposisi alaminya untuk mencegah perkembangan penyakit kanker. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol ubi jalar ungu dapat menjadi terapi alternatif dalam mencegah proses terbentuknya tumor.

Penulis: Dr. Achmad Chusnu Romdhoni, dr., Sp.THT – KL.(K)

Link Jurnal:  https://inabj.org/index.php/ibj/article/view/1906/587