Universitas Airlangga Official Website

Viral Load dan Peradangan Saluran Cerna pada Pasien COVID-19

Virus Corona 2019 (COVID-19) telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak bulan Maret 2020. Tes diagnostik yang disarankan oleh WHO didasarkan pada Uji Amplifikasi Asam Nukleat (NAAT), seperti Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Ambang batas siklus adalah jumlah siklus replikasi yang diperlukan oleh sinyal fluoresensi untuk melewati ambang batas tersebut. Ambang batas siklus berkorelasi terbalik dengan viral load kuantitatif yang terdeteksi dalam sampel, meskipun pengujian PCR tidak membedakan virus hidup dari virus yang tidak dapat hidup.

Beberapa penelitian menunjukkan kegunaan klinis dari nilai ambang siklus dan viral load yang tinggi berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit, namun penelitian lain tidak menunjukkan korelasi dalam pengaturan sampel yang berbeda. Gejala klinis COVID-19 adalah demam, batuk, gejala pernapasan, dan manifestasi klinis ekstra paru, termasuk gastrointestinal, dilaporkan bervariasi di lebih dari 20% kasus. pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebuah penelitian pada tahun 2020 menunjukkan adanya genom SARS-CoV-2 pada sampel tinja. Hal ini membuktikan bahwa infeksi SARS-CoV-2 pada saluran cerna diduga disebabkan oleh ekspresi ACE-2 pada saluran cerna. saluran pencernaan.

Manifestasi gastrointestinal pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 memberikan petunjuk apakah terjadi peradangan pada jaringan gastrointestinal. Calprotectin tinja, protein yang dilepaskan oleh neutrofil dan digunakan sebagai penanda langsung peradangan mukosa dengan etiologi apa pun, merupakan biomarker sensitif dan non-invasif pada peradangan mukosa. Studi lain pada tahun 2021 menunjukkan peningkatan kadar calprotectin tinja pada 66,7% pasien COVID-19 pada pasien saluran pencernaan tanpa gejala. Penelitian yang menganalisis kadar calprotectin tinja pada infeksi SARS-CoV-2 relatif masih terbatas. Beberapa penelitian menyebutkan hubungan antara nilai ambang batas siklus dan tingkat keparahan penyakit, sementara penelitian lain menunjukkan hasil peningkatan calprotectin tinja yang signifikan pada pasien COVID-19, namun penelitian mengenai hubungan antara keduanya masih belum dipahami. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti dari Divisi Gastroeneterologi, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas kedokteran-RSUD Soetomo, Universits Airlangga melakukan penelitian untuk menentukan korelasi antara nilai ambang batas siklus usap nasofaring dan calprotectin tinja pada pasien COVID-19.

Sebanyak 44 subjek rawat inap yang memenuhi kriteria kelayakan diperiksa nilai ambang batas siklusnya dari sampel usap nasofaring yang dikumpulkan dari beberapa kadar nukleat berdasarkan sinyal fluoresensi dan kadar calprotectin sampel tinja menggunakan kit Calprotectin enzym-linked

immunosorbent assay (ELISA) kit. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya dari tanggal 1 September hingga 30 November 2020. Dari 44 subjek, 52,3% berjenis kelamin laki-laki dengan median usia 52,5 tahun. Hipertensi atau diabetes ditemukan pada 26 pasien. Nilai median cycle Threshold sebesar 31,3 dengan rentang nilai 10,9-40,0. Median Cycle Threshold lebih rendah secara signifikan pada subjek dengan penyakit penyerta dengan

nilai p=0,01. Kadar median calprotectin tinja adalah 42 µg/g dengan kisaran nilai 5,1-1,393,7 µg/g, dengan median calprotectin tinja secara signifikan lebih tinggi pada subjek dengan gejala gastrointestinal dengan nilai p=0,008 dengan risiko relatif (RR) 5,5. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara ambang siklus dengan fecal calprotectin pada subjek dengan penyakit penyerta dengan P <0,05, koefisien kontingensi 0,414. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek dengan penyakit penyerta cenderung memiliki viral load yang lebih tinggi bersamaan dengan peradangan saluran cerna. Subyek dengan manifestasi gastrointestinal yang jelas memiliki tingkat peradangan usus lima kali lipat lebih tinggi.

Artikel detail dapat diakses pada: https://doi.org/10.12688/f1000research.120611.1