Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa FKp UNAIR Sosialisasikan Pencegahan Stunting dengan Bakso Kelor

Sosialisasi pencegahan stunting oleh mahasiswa alih jenis angkatan B25 FKp UNAIR pada Minggu (7/11/2022) di Kelurahan Sidotopo, Surabaya. (Sumber: istimewa)

UNAIR NEWS – Stunting masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 masih terdapat 5,33 juta balita di Indonesia mengalami stunting. Artinya angka stunting masih berada pada angka 24,4 persen angka ini masih belum mencapai target yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia yaitu sebesar 20 persen.

Stunting merupakan kondisi anak yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata akibat kurangnya asupan gizi yang diberikan dalam waktu panjang. Hal ini dapat mengakibatkan lambatnya perkembangan otak, terjadinya keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, serta risiko terkena penyakit kronis.

Melihat permasalahan ini mahasiswa alih jenis Angkatan B25 Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan sosialisasi pencegahan stunting di Kelurahan Sidotopo, Surabaya dengan tema Bebas Stunting dengan Kelor pada Minggu (7/11/2022). Sosialisasi tersebut dihadiri oleh Dr Yuni Sufyanti Arief SKp MKes sebagai dosen pembimbing.

Mimi Husni sebagai ketua pelaksana mengatakan bahwa permasalahan gizi pada balita seperti stunting menjadi masalah yang serius. “Karena ini menyangkut generasi penerus bangsa nantinya. Jika tidak memperhatikan asupan gizinya maka perkembangan dan pertumbuhannya akan terhambat,” ujarnya.

Selain memberikan edukasi tentang stunting, sosialisasi ini juga memanfaatkan daun kelor yang diolah menjadi bakso. Daun kelor dipilih karena kandungan gizinya yang tinggi dibanding dengan bahan lainnya. Daun kelor memiliki kandungan vitamin C 7 kali lebih besar dibanding dengan jeruk, vitamin A 4 kali lebih besar dibanding wortel, protein 2 kali lebih besar dibanding yoghurt, dan kalsium 4 kali lebih besar dibanding susu.

Proses demo memasak bakso kelor bersama peserta. (Dok. Istimewa)

Daun kelor juga memiliki kandungan protein sebanyak 28,4 persen, lemak 2,7 persen, serat 12,6 persen, karbohidrat 57 persen, dan kalsium 2,2 gram. “Sungguh banyak ya kandungan gizi daun kelor ini. Daun yang mudah kita temukan di pasar atau bahkan di sekitar kita juga ada,” ucap Maria Paskaliana yang merupakan salah satu narasumber pada sosialisasi tersebut.

Bakso merupakan makanan kesukaan anak karena teksturnya yang lembut dan kenyal dipilih sebagai cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Bahan-bahan untuk membuat bakso kelor dengan bakso pada umumnya sama saja, yang membedakan adalah penambahan daun kelor yang sudah dihaluskan. Hasil yang diperoleh berbeda, bakso daun kelor berwarna hijau sehingga dapat menarik perhatian serta minat anak untuk mengonsumsinya.

Pada sosialisasi tersebut peserta diberi kesempatan untuk mencoba membuat bakso kelor secara mandiri. Selain itu diajarkan pula cara untuk menanam pohon kelor di rumah masing-masing. Peserta yang turut dibekali benih yang dapat mereka tanam di rumah.

Titik Sugiarti sebagai ketua kader setempat merasa senang karena warga dapat mengetahui stunting lebih dalam dan cara pencegahannya utamanya dengan menggunakan kelor. “Alhamdulillah, kegiatan hari ini sangat sukses dan informasi yang diberikan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak semua warga itu mengerti tentang stunting,” pungkasnya. (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Feri Fenoria