Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada lapisan dalam uterus (rahim) yang disebut endometrium. Endometrium adalah lapisan yang mengalami siklus pengelupasan dan regenerasi setiap siklus menstruasi. Berbeda dengan kanker mulut leher rahim (kanker cervix), kanker endometrium tidak dapat dideteksi secara dini dengan pemeriksaan papsmear karena endometrium terletak di dalam uterus/ rahim yang sulit untuk diajngkau sedangkan cervix/ mulut leher rahim terletak pada tempat yang mudah dijangkau dari vagina untuk dilakukan pemeriksaan. Kanker endometrium biasanya terjadi pada wanita setelah menopause atau peri-menopause/ menjelang menopause. Gejala dari kanker endometrium adalah perdarahan di luar siklus haid atau perdarahan haid yang lebih panjang dari biasanya. Untuk menegakkan diagnosis pasti kanker endometrium perlu dilakukan kuretase (kerokan endometrium) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan Patologi Anatomi.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terserang kanker endometrium adalah: (1) Obesitas: hal ini terkait dengan peningkatan produksi estrogen, yang dapat meningkatkan risiko kanker endometrium, (2) Perubahan hormon seperti terapi sulih hormon setelah menopause yang mengandung estrogen tanpa progestin, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium, (3) Usia: risiko kanker endometrium meningkat seiring bertambahnya usia, dengan insiden yang paling tinggi terjadi setelah menopause, (4) Riwayat keluarga: seseorang dengan riwayat keluarga yang memiliki kanker endometrium atau kanker ovarium memiliki risiko yang lebih tinggi.
Rimbani Dwi Irnasih, Willy Sandhika dan Ratna Dwi Jayanti telah melakukan penelitian mengenai faktor resiko apa saja yang memiliki korelasi bermakna terhadap angka kejadian kanker endometrium di RSU Dr Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 70 penderita kanker endometrium dibandingkan dengan 69 penderita bukan kanker endometrium untuk menggali faktor resiko apa yang memiliki hubungan bermakna. Penelitian ini mengungkap bahwa usia penderita, status menopause, adanya keluarga yang menderita kanker, usia saat melahirkan anak pertama serta adanya penyakit Diabetes mellitus merupakan faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian kanker endometrium, sedangkan indeks massa tubuh, jumlah anak, usia saat haid pertama tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kanker endometrium.
Terjadinya kanker endometrium berhubungan erat dengan paparan terhadap hormon estrogen. Kanker endometrium lebih umum terjadi pada usia menopause, hal ini berkaitan dengan perubahan hormonal yang terjadi selama periode pra-menopause dan menopause. Risiko kanker endometrium meningkat seiring bertambahnya usia, dengan insiden yang paling tinggi terjadi setelah menopause. Hal ini disebabkan oleh karena paparan jangka panjang terhadap estrogen yang berlebihan atau perubahan sel-sel endometrium seiring proses penuaan. Selama periode menopause, produksi estrogen oleh ovarium menurun secara signifikan. Namun, sel-sel lemak, terutama pada wanita yang mengalami obesitas, dapat menghasilkan estrogen tambahan. Kadar estrogen yang tinggi dalam tubuh, bahkan setelah menopause, dapat meningkatkan risiko kanker endometrium. Kanker endometrium juga memiliki hubungan dengan siklus menstruasi: selama masa reproduksi, endometrium mengalami siklus pengelupasan dan regenerasi yang terjadi pada setiap siklus menstruasi. Perubahan yang terjadi pada endometrium selama siklus menstruasi dapat mempengaruhi risiko terjadinya kanker endometrium. Setelah menopause, ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan endometrium menjadi lebih tebal dan berpotensi meningkatkan risiko kanker endometrium. Wanita yang mengalami menopause pada usia lebih tua atau memiliki riwayat menstruasi yang panjang (memulai menstruasi pada usia muda dan menopause pada usia lanjut) memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker endometrium.
Penyakit diabetes mellitus juga memiliki hubungan dengan risiko peningkatan kanker endometrium. Hal ini berkaitan dengan perubahan hormonal yang terjadi. Pada Diabetes tipe 2 sering kali terkait dengan resistensi insulin, di mana tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Tingkat insulin yang tinggi atau resistensi insulin dapat menyebabkan peningkatan produksi hormon insulin-like growth factor (IGF) yang kemudian dapat mempengaruhi pertumbuhan sel-sel kanker. Selain itu, resistensi insulin juga terkait dengan perubahan dalam metabolisme estrogen dan progesteron, yang dapat memengaruhi keseimbangan hormonal dan meningkatkan risiko kanker endometrium.
Pemahaman tentang faktor resiko terjadinya kanker endometrium dapat membantu untuk mewaspadai dan melakukan diagnosis kanker endometrium secara dini dengan cara memberi perhatian khusus pada kelompok yang memiliki faktor resiko serta melakukan pemmeriksaan yang seksama apabila didapatkan gejala kanker endometrium pada kelompok yang memiliki faktor resiko tersebut.
Penulis: Dr. Willy Sandhika, dr., M.Si, SpPA(K), Staf Pengajar Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Judul artikel jurnal: Risk Factors Analysis of Endometrial Cancer at Dr. Soetomo Hospital in Surabaya, Indonesia dengan penulis Rimbani Dwi Irnasih, Willy Sandhika dan Ratna Dwi Jayanti yang telah diterbitkan pada International Journal of Research Publication, volume 142 no. 1, bulan Februari 2024, halaman 143 – 150.
Link artikel jurnal: https://ijrp.org/paper-detail/6021