Universitas Airlangga Official Website

Peran Mikrovesikel dalam Hemostasis COVID-19 

ilustrasi Mikrovesikel (sumber: Tirto)

Setiap zaman akan selalu ada kisah yang berulang, begitu juga dengan ilmu pengetahuan akan selalu melahirkan karya penyempurnaan, dan akan selalu disempurnakan, karena sejatinya tiada kesempurnaan di atas muka bumi ini. Kesempurnaan sejati hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala, Sang pemilik apa yang ada di langit dan di bumi. Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan segala sesuatu, baik tampak maupun yang perlu ilmu pengetahuan untuk menjangkaunya. Semua itu penuh dengan maksud dan tujuan, tiada yang sia-sia sekecil apapun itu.

Pandemi COVID-19 mengajarkan kita semua bahwa di atas yang berpengetahuan ada yang lagi Maha Mengetahui. Sebaik-baik usaha manusia untuk mencegah dan menanggulangi pandemi COVID-19, pada akhirnya takdir Allah lah yang terbaik. Tentunya dalam menjemput takdir baik, segala macam ikhtiar manusia diperlukan untuk dapat bertahan dan menyudahi pandemi, semua ini atas izin Allah dengan perantara berbagai disiplin bidang ilmu, seperti pada bidang medis dalam melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan tersebut.

Mikrovesikel sebagai salah satu dari sekian banyak bagian yang telah Allah SWT tentukan perannya untuk membersamai peran manusia sebagai khalifah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Mikrovesikel atau istilah lainnya disebut dengan Mikropartikel atau Ektosom adalah bagian dari kelompok Vesikel Ekstraseluler (EV) yang berkerabat dengan Eksosom, dan Apoptotic bodies. Mikrovesikel memiliki ukuran hanya sekitar 0,1 µm hingga 1 µm, sehingga sangat terbatas jika ingin mengetahui, peran, serta cara mendapatkannya apabila tanpa bantuan alat deteksi. Untuk itu penggunaan alat deteksi yang disebut Flow Cytometry menjadi salah satu pilihan yang paling sesuai diantara sekian banyak alat deteksi.

COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dapat menyerang berbagai sistem dalam tubuh manusia diantaranya sistem hematologi yang dapat mempengaruhi komponen darah seperti platelet dan monosit sehingga terjadi aktivasi sel platelet dan monosit. Pada sistem hematologi seperti hemostasis. Terjadi suatu mekanisme yang dapat menjaga dan melindungi kondisi pembuluh darah dari terjadinya perdarahan serta mempertahankan agar tidak terjadi gumpalan darah berlebih. Sedangkan pada penderita COVID-19 menunjukkan adanya peningkatan kejadian koagulasi atau bekuan darah dan adanya pembentukan sumbatan atau trombus, apabila kondisi pasien memburuk maka sumbatan atau trombus inilah menjadi penyebab adanya banyak nyawa yang tidak tertolong sehingga menyumbang peningkatan angka kematian pada COVID-19.

Lantas darimana mikrovesikel berasal, bagaimana mikrovesikel ini berperan dalam kondisi fisiologis atau normal, bagaimana mikrovesikel ini mengambil peran utamanya dalam menyebabkan keparahan pada kondisi patologis seperti COVID-19, serta bagaimana cara mendapatkan mikrovesikel sehingga hasilnya dapat menggambarkan adanya kondisi koagulasi pada penderita COVID-19. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya keterlibatan mikrovesikel dalam mengaktifkan sistem koagulasi namun belum populer yang membahas pada kondisi COVID-19.

Mikrovesikel dapat ditemui pada semua jenis sel termasuk platelet dan juga monosit, mikrovesikel tidak memiliki inti dan membawa reseptor permukaan yang sama dengan sel asalnya. Ketika sel mengalami aktivasi karena faktor eksternal seperti adanya virus yang masuk, maka sel tersebut menjadi hiperaktif, ketika sel mengalami aktivasi berlebih yang terjadi adalah adanya perubahan pada membran permukaan bagian luar, sehingga mengekspresikan reseptor Phosphatydilserine (PS) yang berfungsi memicu koagulasi dengan cara menginduksi pembentukan trombin, dan menyediakan tempat untuk faktor koagulasi seperti FVa, FVIIIa, dan FIXa yang mengikat tenase (FIXa dan FVIIIa) dan protrombinase (FXa dan FVa), sehingga memperkuat jalur koagulasi. Reseptor PS tersebut dilepaskan dari sel bersamaan dengan partikel, yang disebut dengan mikrovesikel, untuk itu mikrovesikel secara tidak langsung memiliki reseptor yang berperan dalam koagulasi.

Mikrovesikel memiliki ukuran terbatas, sehingga perlu cara khusus dalam proses mendapatkannya, seperti penggunaan metode khas diantaranya diperlukan proses pemusingan (sentrifugasi) pada spesimen sehingga didapat spesimen yang mewakili, kemudian diperlukan penambahan antibodi yang memancarkan warna (fluorokrom) sehingga mudah untuk mengenali, setelah itu di baca pada alat Flow Cytometry, pembacaannya pun memiliki presisi dan akurasi karena setiap komponen dalam spesimen di baca satu per satu, sehingga didapatkan hasil kuantitatif untuk setiap spesimen yang dibaca.

Pada kondisi fisiologis, sel juga melepaskan mikrovesikel namun dalam jumlah yang normal, sedangkan pada kondisi patologis jumlah mikrovesikel ditemukan meningkat. Berdasarkan penelitian sebelumnya, mikrovesikel berhubungan dengan keparahan pada penderita COVID-19. Penelitian semacam ini dilakukan dan merupakan yang pertama di Indonesia, dan hasilnya mendukung bahwa tingkat keparahan trombosis pada COVID-19 diperantarai mikrovesikel yang berasal dari platelet dan mikrovesikel yang berasal dari monosit. Sehingga layak untuk diketahui bahwa mikrovesikel ini dapat dijadikan biomarker potensial dalam menilai tingkat keparahan penyakit karena menunjukkan peningkatan koagulasi.

Penulis: Dr. Yetti Hernaningsih, dr., Sp.PK, Subsp.H.K.(K), Nastasya Nunki Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga / RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Dipublikasikan di: Annals of Laboratory Medicine

Judul: Platelet and Monocyte Microvesicles as Potential Biomarkers of COVID-19 Severity: A Cross-Sectional Analysis

Link Artikel Jurnal : https://www.annlabmed.org/journal/view.html?doi=10.3343/alm.2023.0395

Baca Juga: Cara Pencegahan Wabah Penyakit Virus Ebola