Industri perbankan Indonesia memerlukan penerapan sistem peringatan dini untuk mengidentifikasi secara efektif faktor-faktor yang mempengaruhi direksi dan memungkinkan mereka membuat keputusan yang tepat, sehingga memitigasi risiko sistemik. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi bank pada saat stabilitas dan krisis ini sangatlah penting karena pada akhirnya berkontribusi pada pengembangan sistem peringatan dini yang lebih baik.
Penelitian ini melakukan analisis komparatif terhadap stabilitas perbankan Indonesia, baik yang syariah maupun konvensional di berbagai rezim ekonomi yang berbeda, dalam keadaan krisis dan stabil. Penelitian ini menganalisis data perbankan bulanan bulan Desember 2007 hingga November 2022 dengan menggunakan regresi dinamis Markov Switching .
Kajian ini fokus pada analisis komparatif antara bank syariah yang diwakili oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan bank konvensional yang diwakili oleh Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Hasil studi mengungkapkan bahwa bank syariah dan bank konvensional berada pada keadaan yang stabil pada rezim ekonomi stabil daripada rezim krisis.
Khususnya, bank syariah menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk tetap berada dalam rezim yang stabil dibandingkan bank konvensional mereka. Namun, dalam rezim krisis, kemungkinan pemulihannya lebih besar. Namun demikian, kepatuhan bank syariah lebih rendah dibandingkan bank konvensional.
Studi juga menunjukkan bahwa bank-bank besar memiliki stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bank-bank kecil dari sisi aset. Studi ini memelopori perbandingan komprehensif Z-skor yang digunakan sebagai proksi stabilitas pada bank syariah dan bank konvensional yang secara karakter sebenarnya berbeda.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa baik bank konvensional maupun syariah memiliki peluang lebih tinggi untuk tetap berada dalam periode stabil dibandingkan periode kritis. Kemungkinan stabilitas yang lebih tinggi ada pada bank syariah dibanding bank konvensional.
Ketika memasuki krisis, bank syariah cenderung bertahan dalam rezim krisis lebih lama dibandingkan bank konvensional. Penelitian ini menyajikan beberapa keterbatasan. Pertama, ia menahan diri untuk tidak membandingkan model dengan meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi stabilitas bank syariah dan konvensional dengan menggunakan variabel yang sama kumpulan variabel. Mengadopsi variabel yang berbeda dalam setiap model dilakukan secara sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh suatu model optimal tanpa asumsi dan potensi masalah regresi palsu.
Oleh: Imron Mawardi, Muhammad Ubaidillah Al Mustofa, Tika Widiastuti, Sunan Fanani, Mohammed Hariri Bakri, Zainal Hanafi, Anidah Robani
Naskah lengkap bisa dibaca pada:
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0301398#references
Baca Juga: Latihan Intensitas Tinggi Mempertahankan Kadar Irisin