Universitas Airlangga Official Website

Artificial Intelligence Adoption in Library, Urgency or Trend?

Foto oleh neomedialab.net

Fenomena big data dan data explosion membawa euforia tersendiri bagi organisasi modern. Mereka berlomba-lomba mengeksploitasi data melalui aplikasi pengolah dan analisis data untuk keuntungan dan kemudahan organisasi. Salah satu perkembangan teknologi informasi yang ramai dibicarakan saat ini adalah artificial intelligence, termasuk di perpustakaan. Perkembangan teknologi dan informasi membantu manusia untuk mempermudah pekerjaan yang mereka lakukan, dan meningkatkan kualitas pekerjaan. AI sangat memungkinkan untuk diaplikasikan di perpustakaan mengingat perpustakaan sebagai sumber informasi yang menyimpan berbagai kekayaan intelektual dan data-data mengenai pengguna dalam jumlah yang cukup besar. Perpustakaan saat ini banyak mengolah konten digital dari berbagai sumber. Perpustakaan juga berhubungan dengan pengguna dan sosial media yang menghasilkan banyak data, data transaksi perpustakaan juga semakin banyak dan membutuhkan aplikasi khusus untuk mengolah dan menganalisis dan kemudian digunakan untuk pengambilan keputusan, peningkatan layanan, peningkatan kualitas sumberdaya dan lain-lain.

Aktivitas di perpustakaan juga semakin komplek, mulai dari mengolah konten yang dengan berbagai format dan sumber, serta kecepatan penciptaan konten yang semakin tidak terkejar jika hanya mengandalkan kemampuan manual. Teknologi informasi juga memiliki peran penting bagi perpustakaan, dimana teknologi informasi ini secara konsisten diadopsi oleh perpustakaan untuk membantu melaksanakan kegiatan rutin perpustakaan maupun pengambilan keputusan.

Dalam satu dekade ini pemanfaatan AI di perpustakaan sudah banyak dibicarakan dan diteliti oleh banyak peneliti dari berbagai bidang. Inisiasi AI sudah banyak terlihat pada perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, dan perpustakaan nasional. Namun perpustakaan perguruan tinggi yang paling banyak mengadopsi AI. Dari hasil penelitian perpustakaan perguruan tinggi banyak mengadopsi AI untuk mendukung riset dan pembelajaran. Selain itu perguruan tinggi juga menciptakan, menyimpan, dan menyebarkan kekayaan intelektual dari hasil penelitian dan pembelajaran dengan sangat cepat dan jumlah yang banyak. Perpustakaan akademik juga banyak dikaji karena banyak akademisi dan mahasiswa yang melakukan penelitian di perpustakaan perguruan tinggi. Selanjutnya, perkembangan teknologi dan kemampuan pustakawan di perpustakaan akademik juga cepat berkembang.

Aplikasi AI di perpustakaan masih di tahap awal (early stage) dan belum bisa dipastikan apakah AI dapat melakukan penelitian di perpustakaan bidang hukum dengan pintar, dan bisa menggantikan peran para pengacara dalam melakukan penelitian. Masih ada pro kontra terkait pemanfaatan AI untuk organisasi, satu pendapat mengatakan bahwa AI dapat menggantikan pekerjaan manusia, di sisi lain AI belum mampu untuk mereplika keunikan dan kreatifitas manusia. Dalam penelitian AI dapat membantu mengeksplor banyak sumber data, membuat knowledge mapping, dan menghubungkan konsep-konsep tersebut, menganalisis data, memberikan rekomendasi prediksi dari hasil tersebut tetapi ada hal-hal yang tidak dapat digantikan oleh AI yakni insight peneliti dan kreatifitas peneliti dalam mengembangkan hasil penelitian.

Dalam layanan referensi dan riset support, pemanfaatan AI banyak diadopsi oleh perpustakaan. Salah satu perpustakaan yang menggunakan aplikasi AI di layanan referensi adalah dengan aplikasi Plexus yang menjawab pertanyaan pengguna, sebagai referral tool dimana alat yang membantu pustakawan untuk melakukan reference process. Penggunaan AI untuk menjawab pertanyaan referensi masih pada level pertanyaan low level semacam FAQ, informasi general terkait perpustakaan, dan medium terkait subjek-subyek pada koleksi perpustakaan atau pertanyaan terstruktur – semi terstruktur. Sedangkan untuk pertanyaan level tinggi yang membutuhkan high level of library expertise masih membutuhkan pustakawan untuk menjawab.

Pemanfaatan semantic web, AI dan machine learning memungkinkan perpustakaan membuat metadata lebih accessible tidak hanya untuk perpustakaan seperti menggunakan MARC, namun metadata yang memungkinkan linked data ke semantic web, sehingga memungkinkan metadata perpustakaan diakses secara luas.

Dalam proses klasifikasi juga dapat memanfaatkan aplikasi Coal sort, yang digunakan untuk menelusur dan mengindeks secara otomatis, berisi frame-based semantic networks. Environmental Pollution Expert (EP-X), adalah knowledge based yang terdiri dari hierarchical frame-based network. BIOSIS knowledge-based that assign document untuk mengkategorikan dirinya sendiri secara otomatis. BIOSIS menggunakan data dari judul untuk menentukan kategori.

Kebutuhan yang sangat penting dalam penelusuran informasi saat ini antara lain menjadikan search engine sebagai personal assistant yang membantu, mampu merespon dan mengantisipasi kebutuhan informasi pengguna. Selanjutnya penggunaan chatbot yang memungkinkan penggunaan natural language. Saat ini perpustakaan sudah banyak membangun chatbot berbasis AI yang tidak hanya mampu memberikan informasi terkait FAQ namun lebih ke AI services. Information professional juga tidak tergantung pada controlled vocabulary ketika menelusuri, melainkan penelusuran berbasis konteks.

Dalam penelusuran AI juga membantu untuk mem personalize kebutuhan informasi secara lebih dalam dan menghubungkan seluruh informasi dimana hal ini sulit jika dilakukan oleh manusia. Dengan memanfaatkan algoritma machine learning dan informasi yang ada di katalog memungkinkan personalise informasi di atas.

Penulis: Nove Eka Variant Anna, S.Sos., MIM.S.

Full text: Harisanty, D., Anna, N. E. V., Putri, T. E., Firdaus, A. A., & Noor Azizi, N. A. (2023). Is adopting artificial intelligence in libraries urgency or a buzzword? A systematic literature review. Journal of Information Science, 0(0). https://doi.org/10.1177/01655515221141034