Universitas Airlangga Official Website

Dilematika Lulusan Fresh Graduate Menuju Guncangan Resesi Dunia 2023

Ilustrasi by Topcareer id

Keadaan dunia sekarang ini sedang mengalami perubahan cukup besar dalam berbagai bidang khususnya perekonomian dan politik yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 semenjak tahun 2020 hingga perang antara negara Rusia dengan Ukraina sampai saat ini belum adanya tanda kedamaian antar kedua negara tersebut.  Kedua permasalahan itulah menjadi beban bagi negara-negara berkembang dan negara-negara maju yang ada di dunia khususnya wilayah Eropa, Asia, dan negara Amerika Serikat yang menjadi kiblat perekonomian serta politik dunia bagi negara-negara lain.

Belum berakhirnya pandemi COVID-19 hingga perang Rusia dengan Ukraina menjadi tantangan berat yang dialami oleh pemerintah Indonesia sekarang ini dan berdampak kepada masyarakat. Berbagai macam pemberitaan mengenai kondisi negara-negara dunia di masa yang akan datang terus bermunculan mengenai perekonomian akan diambang resesi pada tahun 2023. Resesi mengartikan bahwa kondisi ekonomi negara sedang memburuk dan terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, hingga pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Dengan kemunculan resesi yang dihantui oleh negara-negara dunia menimbulkan kekhawatiran pada pertumbuhan ekonomi di masa akan datang, terlebih sekarang ini negara-negara berkembang sedang memperbaiki keadaan dari segi ekonomi pasca hantaman pandemi COVID-19 yang saat ini belum berakhir hingga perang 2 negara yaitu Rusia dengan Ukraina menghambat kebutuhan bahan baku bagi negara berkembang khususnya Indonesia.

Saat ini Indonesia sedang merasakan dampak utama akibat perang Rusia dengan Ukraina dalam kebutuhan impor minyak bumi dari Rusia serta pangan dari Ukraina dimana 2 kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang vital bagi masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dampak yang dirasakan ialah mengalami kenaikan bahan-bahan pokok, harga bbm, dan terjadi inflasi di semua sektor yang menyebabkan nilai mata uang rupiah saat ini dengan nominal kecil sudah tidak bisa membeli berbagai macam barang dan hanya satu atau 2 jenis barang saja di berbagai macam produk kebutuhan serta penjualan di masyakarat.

Selain dampak perekonomian yang sangat dirasakan masyarakat, hal tersebut juga berpengaruh bagi roda perekonomian suatu perusahaan yang ada di Indonesia sekarang ini. Banyak sekali perusahaan mengalami kerugian terutama dari segi pendapatannya terutama industri pabrik dikarenakan hasil produksi tidak seimbang dengan pemasukan serta pengeluaran yang ada sehingga terjadi penumpukan kredit perusahaan yang dapat menyebabkan resiko paling besar yaitu gulung tikar. Tidak hanya industri pabrik saja mengalami dampaknya, perusahaan kelas atas non industri juga mengalami ancaman saat ini seperti perusahaan startup yang berusia muda, perusahaan financial, bahkan perusahaan berskala kecil berstatus CV diambang kekhawatiran akan ancaman dampak dari perang Rusia dengan Ukraina serta resesi yang terjadi pada tahun 2023.

Berbagai macam statement juga bermunculan dari pemangku kepentingan pemerintah yang menempati posisi vital bahwa Indonesia masih aman dalam segi perekonomian saat ini bahkan bukan termasuk dalam antrian pasien IMF atau International Monetary Fund dibawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mengatasi permasalahan keuangan ekonomi negara-negara di dunia. Akan tetapi dengan kemunculan statement tersebut, masyarakat Indonesia masih belum tenang akan adanya dampak resesi ditahun yang akan datang apalagi kondisi sosial dan ekonomi masih belum stabil dan barusan bangkit dari dampak pandemi COVID-19 menimbulkan spekulasi yang berkepanjangan.

Kekhawatiran masyarakat yang sangat dirasakan berdampak kepada lulusan Fresh Graduate dari berbagai kampus saat ini dimana kelulusan pada setiap periode wisuda dalam satu tahunnya mencetak ribuan gelar baik itu Ahli Madya, Sarjana, Magister, dan Doktor. Namun, dalam kondisi kenyataannya pasca kehidupan kampus masih terasa sangat sulit mencari pekerjaan ditengah keadaan perekonomian dan sosial yang masih belum stabil sekarang ini. Menjelang akhir tahun 2022 saat ini banyak sekali perusahaan dalam berbagai sektor merekrut calon karyawan masih sedikit dan menyesuaikan kebutuhan perusahaan itu sendiri. Sebagai contoh dalam satu perusahaan jika salah satu karyawan yang akan resign memegang jobdesk salah satu divisi, perusahaan akan membuka lowongan kerja yang dibutuhkan hanya satu kandidat saja untuk memenuhi personil dalam divisinya jika ada yang resign. Hal tersebut dilakukan setiap saat pada perekrutan calon karyawan dan jarang sekali perusahaan sekarang ini membuka lowongan besar-besaran untuk meningkatkan kinerja kapasitas serta kapabilitas masa akan datang, kecuali perusahaan-perusahaan dalam naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang setiap beberapa bulan sekali mengadakan recruitment bersama akan tetapi tidak menutup kemungkinan sumber daya yang dibutuhkan hanya untuk mengisi kekosongan salah satu divisi karena menyesuaikan dengan kondisi perekonomian saat ini.

Dengan terbatasnya jumlah perekrutan karyawan yang tidak di imbangi dengan lulusan Fresh Graduate akhir-akhir ini mengalami peningkatan sehingga menimbulkan dilematika bagi para lulusan Fresh Graduate sekarang ini. Dilema yang dirasakan adalah melanjutkan kehidupan pasca kampus antara bekerja, lanjut studi, atau menikah. Ketiga pilihan tersebut mungkin terasa sulit dalam memilihnya karena banyak sekali faktor yang dirasakan serta tidak mudah menjalankannya. Dilema yang pertama jika memilih bekerja akan ada persaingan yang jumlahnya cukup banyak dengan lulusan yang berprestasi, cumlaude ipk tinggi, mempunyai kemampuan skill lebih, serta relasi orang dalam dan pastinya akan merekrut secara kedekatan kekeluargaan bukan dari modal Curriculum Vitae yang dibawa calon pelamar pada umumnya. Saat melamar kerja pun menyesuaikan dengan kualifikasi perusahaan yang akan dibutuhkan terlebih mengutamakan orang yang sudah berpengalaman bekerja di bidangnya minimal satu tahun akan terasa sulit peluang bagi Fresh Graduate yang non pengalaman. Butuh kesabaran yang cukup besar dalam melamar pekerjaan saat ini terlebih perusahaan itu merekrut jumlah karyawan sedikit menyesuaikan kondisi ekonomi perusahaan yang hanya bisa dihitung jari dalam satu kali penerimaan, akan tetapi pelamarnya ratusan bahkan ribuan dan pastinya mengalami ketimpangan serta ancaman jumlah pengangguran terus meningkat di setiap bulannya.

Dilema kedua ialah jika melanjutkan menikah setelah lulus kuliah khususnya para Fresh Graduate untuk seorang perempuan akan tidak merasakan dunia karir masa depan untuk kebutuhan diri sendiri seperti belanja atau shopping dan memenuhi kebutuhan skin care serta membantu kebutuhan orang tua. Jikalau sudah merasa tercukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak menjadi suatu kedilemaan asalkan calon pendamping hidupnya sudah mapan dan bisa menafkahi lahir batin bagi calon perempuannya. Selanjutnya dilema ketiga jika memilih lanjut studi ke jenjang S2 atau Magister butuh persiapan yang cukup matang terutama segi materi dan financial walaupun terdapat banyak beasiswa baik beasiswa swasta luar negeri, dalam negeri, dan beasiswa LPDP akan tetapi butuh perjuangan untuk mendapatkan beasiswa S2 saat ini. Persiapan yang paling penting terutama tes dan administrasi dengan melampirkan TOEFL ataupun IELTS terbaru sehingga jika memiliki kemampuan bahasa Inggris yang tidak mumpuni, financial pun harus dikeluarkan dalam jumlah cukup banyak agar bisa memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik yaitu melakukan kegiatan sekolah pelatihan bahasa Inggris yang terletak di Pare, Kediri. Hal itulah juga menjadi problem bagi para Fresh Graduate jika memilih untuk lanjut ke jenjang S2 akan tetapi memiliki kekurangan dalam kemampuan bahasa Inggris dan keadaan ekonomi keluarga kurang baik menjadi penghambat dalam menentukan pilihan ketika baru lulus dari bangku perkuliahan.

Dari ketiga dilema tersebut merupakan catatan bagi para Fresh Graduate saat ini ataupun calon Fresh Graduate yang akan hendak wisuda karena merupakan keputusan cukup berat dan banyak sekali problem-problem yang akan terjadi suatu saat nanti khususnya pada tahun depan yaitu 2023. Di tahun 2020 hingga 2022 sekarang ini banyak terjadi penurunan perekonomian dalam suatu perusahaan sehingga banyak PHK atau pemutusan hubungan kerja secara massal yang jumlahnya lumayan besar apalagi di tahun 2023 akan diperkirakan resesi dunia dengan muncul berbagai statement yang mengerikan dan menjadi suatu ketentuan bagi para lulusan Fresh Graduate saat ini. Oleh karena itu, lulusan Fresh Graduate menjadi suatu kedilemaan dalam kondisi dan situasi sekarang ini untuk memilih keputusan yang tepat. Perencanan hidup sudah ada yang mengatur dan tinggal dari diri masing-masing memilih serta menjalankan jalan arah kemana nantinya. Tidak lepas juga diimbangi dengan kondisi mental yang harus bisa menyesuaikan pada kehidupan dunia nyata di masa saat ini dan masa yang akan datang.

Penulis: Rizal Djati Dwisepta (Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga)