Universitas Airlangga Official Website

Dua Dosen FIB Jadi Dewan Juri Lomba Cerita Surabaya Dispursip Kota Surabaya

Purnawan Basundoro dan Kukuh Yudha Karnanta saat menyerahkan piagam kepada pemenang lomba

Reporter: Syafik Abdurrahman | Editor: Jihan Rafifah

Fakultas Ilmu Budaya UNAIR turut ikut serta dalam ajang Lomba Bercerita Surabaya yang dihelat oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya pada Selasa (21/03/2023) lalu di Balai Budaya Surabaya. Ada dua dosen FIB yang dipercaya menjadi dewan juri.

Mereka ialah Prof. Purnawan Basundoro dan Kukuh Yudha Karnanta. Seperti diketahui, keduanya terlibat dalam penulisan buku Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Surabaya tahun 2022. Dan isi buku tersebut kali ini diambil untuk tema lomba.

Diakuinya, perlombaan kali ini begitu menarik sebab pesertanya ialah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sendiri. Setidaknya ada 10 tim yang lolos menjadi finalis.  Mereka yang merupakan kepala Perangkat Daerah (PD) tersebut, tak canggung tampil di atas panggung.

Purnawan mengungkapkan bahwa Pemkot punya perhatian yang serius terhadap sejarah dan budaya. Surabaya kental dengan sejarahnya. Nilai kesejarahannya itu harus dipertahankan. “Lomba ini menjadi salah satu cara mempertahankan nilai itu,” tuturnya.

Di sisi lain, Kukuh bercerita bahwa ia temui pengalaman unik ketika berperan sebagai juri. Meskipun dari seperangkat organisasi daerah, mereka antusias mempersiapkan karya terbaiknya. Bahkan, beberapa juga berinteraksi dengan para warga dan seniman.

Seperti yang dipentaskan oleh Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Menampilkan Pecel Semanggi yang ada di kawasan Surabaya Barat. Mereka bercerita mulai dari sejarah, bahan, dan proses pembuatan. Bahkan, penjual semanggi pun turut dilibatkan dalam pementasan.

Berbeda dengan RSUD Soewandhi membawa kisah Makam Peneleh. Mereka juga membuat gagasan agar dibuatkan museum yang menampilkan biodata siapa saja yang dimakamkan di Peneleh. Sekaligus kritik untuk perbaikan jalan berupa jalur untuk mobil baterai sehingga ramah lingkungan untuk para wisatawan.

Pagelaran tersebut juga dihadiri oleh Wali Kota Surabaya beserta istri. Eri Cahyadi menerangkan, seni dan budaya bisa dikolaborasikan dalam program kerja. “Saya jadi terinspirapi. sebuah kerja itu tidak harus menggunakan ilmunya dan tidak harus dalam bentuk yang formal. Kerja itu bisa dalam bentuk dongeng, ludruk dan sejenisnya,” katanya.