Pada hari jumat, 26 Januari 2024 terdapat pasien kucing berjenis kelamin betina, umur ± 2 tahun, Berat badan kucing adalah 2.8 kg. dengan gejala muntah, lemas, tidak mau makan serta tidak bisa urinasi selama 3 hari. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap kucing tersebut. Suhu tubuh kucing normal yaitu 38.1 °C, auskultasi normal, mata dan telinga normal, rongga mulut juga normal. Berdasarkan palpasi perut, kantung kencing teraba kencang, keras dan cukup besar. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien kucing betina ini mengalami Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD). Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) adalah penyakit atau gangguan non spesifik yang menyerang vesica urinaria/kantung kemih hingga urethrae pada kucing. Beberapa faktor resiko terjadinya FLUTD antara lain pakan dan umur. Jenis kelamin juga mempengaruhi faktor resiko dimana kucing jantan memiliki potensi lebih tinggi menderita FLUTD daripada kucing betina. Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) gelombang 40 ikut serta dalam penanganan kasus Feline Lower Urinary Tract Disease atau biasa disebut FLUTD Bersama Drh. M. Roeliarsa beserta paramedik Klinik Amanah Vet Care.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan pemasangan kateter. Sesuai dengan standard operating procedure (SOP), dilakukan pemasangan infuse terlebih dahulu sebelum dilakukan pembiusan dan pemasangan kateter. Pembiusan diawali dengan pemberian premedikasi menggunakan AtropinSulfate 0,5 ml. Setelah 15 menit, dilanjutkan pemberian anestesi dengan kombinasi Ketamin (Ketamil®) dan Acepromazin (Castran®), masing-masing 0.3 ml, diberikan secara intravena. Beberapa saat kemudian, kucing sudah dalam kondisi terbius dan dilanjutkan dengan pemasangan kateter.. Metode yang digunakan adalah dengan metode blind technique (tanpa menngunakan spikulum). Kateter dimasukkan melalui vulva, dimana ujung kateter ditempelkan pada bagian midline di dasar lumen vulva dan didorong perlahan ke arah cranial. Sekitar 1-2 cm terasa lubang urethrae, yaitu pada pertemuan antara vestibulum dan vagina (vaginal junction), kateter dimasukkan kembali (Foto Pribadi, 2024).
Setelah kateter terpasang, dilakukan penyedotan urin dari kantung kencing. Terlihat urin bercampur darah (hematuria) cukup pekat. Kucing dirawat inap untuk mendapatkan perawatan intenstif. Untuk pengobatan, diberikan injeksi antibiotic Cefotaxim® 0,5 ml secara intravena dengan interval 12 jam untuk mengatasi indikasi infeksi, kemudian diberikan juga injeksi intravena dengan Dexamethasone 0,3 ml sehari 2 kali selama 3 hari untuk mengatasi keradangan yang terjadi pada kantung kencing. Sebagai terapi supportif, diberikan injeksi vitamin dengan Biodin® 0,3 ml dan antihistamin Veterdryl® 0,3 ml serta obat oral berupa Nephrolit® sebanyak1 kapsul sehari 1 kali untuk membantu meluruhkan kristal-kristal di dalam kantung kencing. Kucing diberi pakan terapi berupa Urinary S/0 produk dari Royal Canin® dan wet food dari Hill’s® Prescription Diet varian K/d. Penangan kasus FLUTD di Klinik Amanah Vet Care saya menyadari bahwa pentingnya kesejahteraan hewan sesuai dengan SDGs (Sustainable Development Goals) nomor 3 Good Health.
Penulis : Dinta Lana Metina