Plasenta akreta merupakan kelainan di mana plasenta langsung menempel pada lapisan otot rahim (myometrium) tanpa adanya lapisan desidua yang memisahkan. Kelainan ini sering menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Secara luas dikenal adanya Spektrum Plasenta Akreta (SPA) yang menggambarkan spektrum gangguan yang terjadi ketika plasenta menempel secara abnormal pada dinding otot rahim. Kondisi ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahan berdasarkan atas seberapa dalam plasenta menembus lapisan otot rahim (myometrium). Spektrum Plasenta Akreta (SPA) merupakan komplikasi serius dalam kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan hebat dan risiko yang berat bagi ibu dan janin. Spektrum Plasenta akreta dibagi menjadi 3 tingkatan: (1) Plasenta akreta: ini adalah keadaan di mana plasenta menempel langsung pada miometrium (lapisan otot rahim) tanpa adanya lapisan desidua yang memisahkan. Kelainan ini merupakan bentuk yang paling ringan dari SPA, (2) Plasenta inkreta: adalah keadaan di mana plasenta menembus ke dalam otot rahim (myometrium), kelainan ini menyebabkan keterlibatan yang lebih dalam dibandingkan dengan plasenta akreta, (3) Plasenta perkreta: dalam keadaan ini plasenta akan menembus seluruh lapisan myometrium sampai sisi rahim bagian luar (lapisan serosa), kelainan ini merupakan tingkatan yang paling parah dari ketiga spektrum plasenta akreta.
Penyebab dan faktor resiko yang menyebabkan terjadinya spektrum plasenta akreta meliputi faktor dari ibu seperti usia ibu saat kehamilan dan jumlah kehamilan sebelumnya, faktor dari uterus seperti bekas operasi caesar maupun operasi rahim yang lain serta faktor dari plasenta seperti plasenta previa yakni lokasi plasenta yang dekat atau menutupi saluran leher rahim (serviks).
Aisha Grayli Chayani, Willy Sandhika dan Gatut Hardianto telah melakukan peneltian tentang faktor – faktor apa saja yang dapat meningkatkan resiko terjadinya plasenta akreta. Penelitan dilakukan dengan mengumpulkan data pasien yang mengalami plasenta akreta dan mencari hubungan dengan berbagai faktor resiko terjadinya spektrum plasenta akreta. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya faktor – faktor yang berperan dalam terjadinya plasenta akreta seperti jumlah anak, indeks massa tubuh, adanya riwayat kelahiran melalui operasi caesar serta selang waktu kelahiran anak berikutnya. Umur ibu tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya plasenta akreta. Tidak didapatkan perbedaan angka kejadian plasenta akreta yang signifikan pada ibu dengan usia <35 tahun dan > 35 tahun. Jumlah kelahiran (paritas) memberikan pengaruh yang sangat bermakna terhadap terjadinya plasenta akreta. Hanya didapatkan 2% ibu yang menderita plasenta akreta pada kelahiran anak pertama dibandingkan dengan 98% ibu yang menderita plasenta akreta pada kelahiran anak kedua atau lebih. Adanya riwayat operasi caesar pada kelahiran sebelumnya juga merupakan faktor resiko yang bermakna dalam terjadinya plasenta akreta. Adanya riwayat operasi caesar pada kelahiran sebelumnya meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta akreta sebesar 3,5 kali lipat dibandingkan ibu tanpa riwayat operasi caesar. Selang waktu antar kelahiran juga merupakan faktor resiko yang bermakna terhadap terjadinya plasenta akreta. Faktor resiko yang terakhir yang diteliti dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh ibu yang terbukti berperan secara bermakna pada kejadian plasenta akreta.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang memberikan peran bermakna terhadap angka kejadian spektrum plasenta akreta pada ibu hamil yakni jumlah kelahiran, selang waktu antar kelahiran, jumlah anak serta indeks massa tubuh ibu hamil Pengetahuan tentang faktor resiko plasenta akreta dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian penyakit ini sehingga dapat menurunkan komplikasi dari plasenta akreta pada kehamilan.
Artikel ilmiah popular ini diambil dari artikel jurnal dengan judul: Analysis of Risk Factors Associated with the Incidence of Placenta Accreta at an Indonesian Tertiary Hospital dengan penulis Aisha Grayli Cahyani, Willy Sandhika, Gatut Hardianto dan telah diterbitkan pada majalah Folia Medica Indonesiana, volume 60 nomer 3 bulan September 2024.
Penulis: Willy Sandhika
Link: https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/61214
Baca juga: Membedakan Spektrum Plasenta Akreta dari Dehiscence Jaringan Parut Uterus