Universitas Airlangga Official Website

Faktor yang Mempengaruhi Ketakutan dan Kesehatan Mental COVID-19

Penyakit virus corona 2019 (COVID-19) merupakan tantangan kesehatan global yang terus menyebabkan keadaan darurat kesehatan dan krisis kesehatan mental di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap infeksi COVID-19 dan dampaknya terhadap krisis kesehatan mental di Pulau Jawa. Professor Nursalam Bersama dengan tim studi dalam riset COVID-19 mengadakan sebuah Studi cross-sectional dilakukan antara bulan Juni dan Juli 2020 di Pulau Jawa, Indonesia, melibatkan 1.218 responden yang dipilih melalui convenience sampling. Variabel independennya meliputi faktor demografi, internal individu, dan psikologis, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian krisis kesehatan mental. Data dikumpulkan melalui informasi demografis, kuesioner pengetahuan dan sikap, skor stres kecemasan depresi, inventarisasi COPE singkat, serta survei yang mengatasi masalah yang dihadapi dan keadaan darurat kesehatan mental. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan chi-square dan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian yang ditemukan adalah terdapat signifikansi yang diamati pada hubungan antara faktor demografi, internal individu, dan psikologis, serta dampaknya terhadap krisis kesehatan mental. Setelah penyesuaian dengan regresi logistik, faktor psikologis menunjukkan hubungan yang lebih jelas, dengan hubungan tertinggi diamati pada tingkat stres. Tingkat stres individu muncul sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap krisis kesehatan mental. Unsur psikologis, yang meliputi tingkat kecemasan, stres, mekanisme koping, dan tantangan yang dihadapi, berperan besar dalam mengganggu kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental.

Faktor psikologis, khususnya tingkat stres individu, sangat terkait dengan krisis kesehatan mental. Temuan tersebut menunjukkan adanya prevalensi tingkat stres yang parah dan sangat parah akibat pandemi COVID-19. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di AS, Israel, dan beberapa negara lain yang secara konsisten melaporkan peningkatan tingkat stres secara global. Penyebab stres yang teridentifikasi di masyarakat mencakup ketakutan terhadap infeksi, kematian terkait COVID-19, ketidaknyamanan di tingkat komunitas seperti penggunaan masker dan penjarakan sosial, kecurigaan antarpribadi dan menjaga jarak, paparan virus dalam keluarga, pembawa penyakit tanpa gejala yang tanpa sadar menularkan virus, dan kesulitan ekonomi yang mengakibatkan tekanan finansial. Informasi yang salah dan kesalahpahaman muncul sebagai faktor umum yang mendasari hal ini, mencerminkan tren yang lebih luas yang diamati oleh Georgiou, Delfabbro, dan Balzan (2020), yang menyoroti prevalensi teori konspirasi yang mendiskreditkan COVID-19. Informasi yang salah ini berkontribusi pada lonjakan kasus, sebagaimana dibuktikan oleh penelitian seperti Qiu dkk. (2020). Dampaknya terhadap petugas kesehatan juga terlihat jelas, dimana sebagian besar menunjukkan respons stres sedang hingga berat ketika masyarakat enggan berpartisipasi dalam upaya pencegahan. Faktor demografi juga memainkan peran penting dalam timbulnya krisis kesehatan mental. Konteks situasional lokasi tertentu mempengaruhi perilaku individu. Karantina mandiri dan pembatasan sosial semakin memperkuat rasa takut. Khususnya, wilayah dengan jumlah kasus COVID-19 yang lebih tinggi dan penerapan pembatasan sosial yang lebih ketat melaporkan prevalensi krisis kesehatan mental yang lebih tinggi. Gangguan ekonomi dan pendidikan akibat pandemi ini membuat pelajar dan wirausaha sangat rentan terhadap peningkatan tingkat stres dan kebutuhan akan konseling. Tren serupa juga terjadi di Tiongkok, di mana siswa mengalami keterlambatan kelulusan dan tantangan pekerjaan karena keterbatasan adaptasi digital. Pengusaha menghadapi krisis keuangan ketika bisnis mereka menyusut, kecuali mereka yang menawarkan barang-barang penting terkait pandemi. Penurunan pendapatan masyarakat akibat pengangguran terkait pandemi dan pekerjaan jarak jauh berkontribusi terhadap kelelahan karyawan dan krisis kesehatan mental yang diakibatkannya. Di antara faktor internal individu, usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap muncul sebagai faktor yang berpengaruh dalam timbulnya krisis kesehatan mental. Pendidikan memainkan peran penting, dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan tingkat literasi kesehatan yang lebih baik, berbeda dengan mereka yang menganut teori konspirasi COVID-19. Tingkat pendidikan juga memainkan peran penting. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih mudah menerima pendidikan kesehatan dibandingkan masyarakat yang menganggap COVID-19 sebagai teori konspirasi. Tantangan muncul bagi mereka yang memiliki kesadaran terbatas dan ragu-ragu untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan penularan. Selain itu, masyarakat menunjukkan pengetahuan dan sikap yang berbeda-beda, mulai dari kepatuhan yang ketat terhadap protokol kesehatan hingga sikap acuh tak acuh, sehingga memerlukan intervensi yang disesuaikan. Psikologi sosial muncul sebagai hal yang penting dalam mengelola tantangan kesehatan mental. Penyebaran informasi yang salah memicu meningkatnya kecemasan dan ketakutan, yang mengakibatkan stigmatisasi terhadap pasien COVID-19 dan keluarganya. Hal ini juga terjadi pada petugas kesehatan yang sering dilarang pulang ke rumah. Meskipun tenaga kesehatan menunjukkan strategi penanggulangan yang adaptif, kehilangan anggota keluarga akibat COVID-19 dan prosedur pemakaman yang ketat menimbulkan kesedihan yang signifikan di kalangan masyarakat luas. Gejala psikosomatis dan kecemasan terkait kesehatan semakin memperburuk situasi. Kekhawatiran psikologis ini sangat penting untuk memahami krisis kesehatan mental, sehingga memerlukan perhatian dan penyelesaian segera.

Penulis: Nursalam, Elsi Dwi Hapsari, Setiawan, Ni Luh Putu Inca, Diah Priyantini, Khatijah Lim Abdullah

Link Artikel: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/48168

Link Scopus:

https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85173970762&origin=resultslist&sort=plf-f&src=s&st1=priyantini&st2=&nlo=1&nlr=20&nls=count-f&sid=125a236517794f696a52a723353a260a&sot=anl&sdt=aut&sl=37&s=AU-ID%28%22Priyantini%2c+Diah%22+57215964912%29&relpos=0&citeCnt=0&searchTerm=