Universitas Airlangga Official Website

Hubungan Lingkungan Perairan dengan keberadaan Belangkas

Foto by Jeda ID

Belangkas  mempunyai bentuk tubuh yang konveks (cembung), karapasnya berbentuk seperti sepatu kuda yang tertutup cephalothoraxs. Bagian dorsal pada belangkas terbagi menjadi dua bagian yaitu prosoma dan opishtosoma, sedangkan bagian prosoma terdapat sepasang mata sederhana dan sepasang mata majemuk. Pasangan anggota tubuh pertama disebut chelisera dan pasangan tubuh kedua disebut pedipalpi. Empat pasangan lainnya merupakan kaki jalan.

Bagian metasoma (ventral) pada belangkas terdapat enam pasang anggota tubuh lainnya. Satu pasang selaput besar yang menyerupai bentuk sirip yang berfungsi sebagai penutup lubang genital. Selanjutnya terdapat lima pasang appendage yang menyerupai insang dan selaput. Permukaan insang dari belangkas memiliki bentuk seperti daun yang disebut sebagai lamella dan susunan insang pada belangkas adalah insang buku (book gill). Bagian ujung metasoma terdapat ekor yang disebut telson, sedangkan bagian anterior telson terdapat lubang anus.

Berdasarkan letak geografisnya belangkas memiliki ukuran yang bervariasi di Asia Tenggara meliputi individu dari Bangsaen, di Thailand memiliki kecenderungan ukuran tubuh besar tetapi individu dari Sungai Gangga, India secara umum memiliki ukuran yang lebih kecil. Spesies belangkas di Indonesia yaitu pada daerah Muara Badak, Kutai Kartanegara Lebar maksimum prosoma yang ditemukan pada belangkas jantan berkisar 17 cm dan belangkas betina berkisar 21 cm

Belangkas jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat pedipalpinya. Belangkas jantan memiliki pedipalpi seperti jepitan yang ujungnya bengkok berkait dan berfungsi sebagai alat mencengkram tubuh belangkas betina pada saat memijah, sedangkan pada belangkas betina pedipalpi berbentuk jepitan yang tidak berkait dan berukuran lebih kecil

Belangkas merupakan hewan yang hidup di dasar perairan berpasir dan berlumpur. Hewan ini sering menggali substrat dengan ujung karapasnya, berjalan dengan kaki jalannya dan terkadang berenang dengan menggunakan insang dayungnya. Spesies belangkas hidup di laut yang tenang atau muara sungai dengan dasar pasir berlumpur. Belangkas jenis  banyak dijumpai di perairan estuaria hampir merata diseluruh perairan Indonesia.               

Belangkas termasuk ke dalam golongan binatang laut omnivora dan scavenger (pemakan segala dan pemakan bangkai). Makanannya terdiri dari jenis-jenis invertebrata yang lunak dan jenis algae yang ditemukan di dasar. Makanan tersebut didapatkan dengan cara mengaduk pasir dan lumpur dengan bantuk ekornya (telson) dan karapasnya yang keras. Semua tipe binatang laut yang kecil dapat menjadi makanannya seperti ikan kecil, cacing, dan krustacea yang bercangkang tipis, makanannya ditangkap dengan capit dan dibawa ke mulut. Umumnya belangkas banyak ditemukan di perairan yang masih banyak ketersediaan makanan yang dapat dicirikan dengan tingginya kandungan bahan organik dan jenis polychaeta pada sedimen.

Belangkas melakukan pemijahan alami dengan cara meletakkan telur dalam substrat pasir atau lumpur. Jumlah telur yang dihasilkan tidak sama tergantung jenis spesiesnya.  betina dalam sekali bertelur dapat menghasilkan 8000 butir telur sedangkan pada C. Rotundicauda betina dapat menghasilkan telur sebanyak 10.000 butir.

Pasang surut merupakan faktor utama yang mempengaruhi musim pemijahan belangkas, sedangkan faktor lainnya diantaranya siklus bulan dan kondisi lingkungan. Indukan belangkas banyak berimigrasi ke pinggir pantai pada saat pasang purnama dan perbani untuk proses pemijahan. Proses pemijahan terjadi pada saat malam hari, ditandai dengan belangkas jantan akan naik ke punggung betina dan berpegangan pada duri marginal. Sebelum proses memijah biasanya belangkas betina akan menggali lubang sedalam 15 cm dari garis pasang surut air yang digunakan untuk meletakkan telurnya. Telur tersebut dibuahi oleh sperma belangkas jantan pada saat bersamaan telur dikeluarkan oleh belangkas betina. Belangkas banyak ditemukan pada kualitas lingkungan yang mendukung kehidupannya. Belangkas hidup optimal pada suhu 30ºC. Kecerahan yang optimal yaitu 50 cm. Salinitas yang optimal bagi belangkas sebesar 34 ppt. Oksigen terlarut yang optimal bagi belangkas yaitu 6,3 mg/l. Nilai pH yang optimal bagi belangkas sebesar 8. Arus yang optimal bagi belangkas yaitu 0,90 cm/s.

Penulis: Oktavian Vernanda, Luthfiana Aprilianita Sari, Yudi Cahyoko

Judul: Correlation of Environmental Factors With Population of Horseshoe Crab  in Sedati Waters, Sidoarjo District               

http://ijaseit.insightsociety.org/index.php?option=com_content&view=article&id=9&Itemid=1&article_id=14958