Universitas Airlangga Official Website

Motif akuisisi, Kinerja Pasar Saham, dan Kelonggaran Sumber Daya Digunakan sebagai Variabel Moderasi

iluastrasi akuisisi (sumber: gramedia)

Akuisisi merupakan strategi untuk melakukan ekspansi (akuisisi perusahaan) dengan membeli sebagian atau seluruh saham perusahaan target untuk menjadikan perusahaan tersebut sebagai anak perusahaan (Hitt et al. 2011). Perusahaan yang mengakuisisi dengan 50% saham atau lebih akan menerima laporan keuangan yang menjelaskan posisi keuangan perusahaan dari perusahaan induk dan anak perusahaannya (Junni et al. 2019). Menurut David (2017), motif akuisisi adalah niat untuk menumbuhkan sinergi dan semangat bersaing di kedua perusahaan, upaya perusahaan untuk melakukan diversifikasi, dan peningkatan skala ekonomi perusahaan, tak terkecuali di Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara yang mempunyai Jumlah akuisisi meningkat signifikan setiap tahunnya (Maryanti dkk. 2017). Departemen Riset Statista (2023) menunjukkan 79 akuisisi pada tahun 2021 dengan nilai total 31,03 miliar dolar. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan 66 akuisisi dengan nilai total 9,71 miliar dolar pada tahun 2020 dan 57 akuisisi dengan nilai total 7,2 miliar dolar pada tahun 2019. Sebagian besar akuisisi ini terjadi pada sektor barang konsumsi, jasa keuangan, dan sektor teknologi.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu (Aalbers et al. 2021; Bauer et al. 2018; Zhang et al. 2020) menyebutkan terdapat dua motivasi terjadinya akuisisi yaitu eksploitasi dan eksplorasi. Motif eksploitasi, merupakan strategi pendekatan singkat, mencakup penyempurnaan, pilihan, produksi, efisiensi, seleksi, implementasi, dan eksekusi (Lee & Lieberman, 2023). Dalam konteks akuisisi, Angwin (2017) menggambarkan motif ini sebagai usaha untuk memperbaiki situasi keuangan dan mengurangi risiko pajak perusahaan. Pendekatan ini mendorong pengembangan skala ekonomi, pengurangan biaya, dan integrasi vertikal untuk memperkuat rantai pasokan serta memperluas pasar yang sudah ada. Sebaliknya, motif eksplorasi bertujuan pada diversifikasi produk, eksperimen, fleksibilitas, penemuan, dan pengembangan pengetahuan baru di berbagai pasar dan wilayah geografis (Luger et al., 2018). Namun, akuisisi dengan motif eksplorasi sering kali menimbulkan tingkat ketidakpastian yang tinggi karena proses pengembangan produk atau teknologi baru membutuhkan waktu dan seringkali sulit diprediksi hasilnya. Oleh karena itu, risiko yang tinggi terkait dengan kemampuan perusahaan dalam memprediksi sinergi jangka panjang dari operasi eksplorasi baru (Keyhani et al., 2022).

Berdasarkan Teori Sinyal, risiko dan ketidakpastian yang melekat pada akuisisi eksploratif akan mempengaruhi penilaian investor. Semakin tinggi risiko suatu akuisisi, maka pasar akan semakin memperhatikan detailnya (Aalbers dkk. 2021). Investor akan lebih khawatir tentang kemungkinan kegagalan yang dialami perusahaan yang mengakuisisi setelah melakukan akuisisi eksploratif. Sebab, proses integrasi akan lebih kompleks dan memerlukan jangka waktu lebih lama. Oleh karena itu, akuisisi eksploratif mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja pasar saham perusahaan yang mengakuisisi, sehingga motif akuisisi tersebut dapat berdampak negatif terhadap kinerja pasar saham.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengusulkan 2 hipotesis utama untuk diuji yaitu :

H1= Motif eksplorasi berpengaruh negatif terhadap kinerja pasar saham perusahaan yang mengakuisisi

H2. Sumber daya yang lemah menurunkan pengaruh negatif motif akuisisi eksplorasi terhadap kinerja pasar saham pada perusahaan yang mengakuisisi

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu regresi linier berganda dimana hasil regresi linier berganda mencakup dua model. Model pertama menguji pengaruh motif akuisisi terhadap kinerja saham perusahaan pengakuisisi. Model kedua bertujuan untuk menguji variabel slack resources terhadap pengaruh motif akuisisi terhadap kinerja saham pada perusahaan yang mengakuisisi. Sementara untuk data sekunder diperoleh dari laporan keuangan yang diambil di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2020. Diperoleh 65 sampel perusahaan sektor publik dengan menggunakan teknik purposive sampling. Terdapat beberapa kriteria yang dijadikan rujukan untuk memilih perusahaan sektor publik, dimana kriteria utama sampelnya adalah perusahaan publik yang terdaftar di BEI. Selanjutnya, mereka melakukan akuisisi antara tahun 2010–2021 dan menerbitkan laporan keuangan setidaknya dua tahun sebelum akuisisi. Kriteria terakhir adalah harga saham perusahaan harus tersedia untuk umum.

Bagian hasil dan pembahasan menyajikan informasi deskriptif statistik lengkap, termasuk jumlah sampel, nilai minimum dan maksimum, mean, dan standar deviasi. Penelitian ini juga menggunakan uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji regresi berganda untuk mengevaluasi hubungan antara variabel dependen dan independen. Tabel 1 menunjukkan nilai-nilai statistik penting, seperti variabel CAR dengan nilai minimum 0,1851 dan maksimum 0,2802, serta nilai mean -0,0014 dengan standar deviasi 0,0608. Hasil deskriptif motif akuisisi eksploratif (EA) menunjukkan rata-rata skor 0,4 dengan standar deviasi 0,494, sedangkan hasil slack resource memiliki nilai minimum 0,0014 dan maksimum 4,1891 dengan rata-rata skor 0,4659 serta standar deviasi 0,7764. Penelitian ini juga melaporkan statistik deskriptif untuk ukuran perusahaan, dengan nilai minimum 20,9175 dan maksimum 27,891, serta mean 23,376 dan standar deviasi 1,5694. ROA memiliki nilai minimum -0,61 dan maksimum 25,41, dengan mean 6,1779 dan standar deviasi 5,4726. Tabel juga menampilkan statistik untuk pertumbuhan, dengan nilai minimum -1,162 dan maksimum 3,9913, serta mean 0,2893 dan standar deviasi 0,5748.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif akuisisi berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan yang mengakuisisi masing-masing sebesar -0,038 dan -0,058 pada model 1 dan model 2. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang et al. (2020) dan Aalbeers dkk. (2021) bahwa investor tidak akan menaruh dananya pada akuisisi perusahaan dengan motif eksplorasi. Mereka berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan ini mempunyai pengeluaran yang tinggi untuk menciptakan teknologi baru namun memiliki profitabilitas yang rendah. Dengan demikian, hipotesis pertama diterima bahwa motif eksplorasi merugikan kinerja saham perusahaan yang mengakuisisi. Perusahaan pengakuisisi memerlukan pengetahuan mendalam tentang aktivitas akuisisi eksplorasi karena motif eksplorasi berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan dalam jangka pendek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif akuisisi eksplorasi berpengaruh negatif terhadap kinerja pasar saham. Motif akuisisi eksplorasi memiliki ketidakpastian yang tinggi karena mengembangkan teknologi baru tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, perusahaan pengakuisisi memerlukan slack resource yaitu kelebihan sumber daya yang dimiliki perusahaan sebagai penyangga ketika akuisisi eksplorasi tidak berjalan dengan baik.

Disisi lain, investor perlu mengambil langkah hati-hati dalam memahami pengumuman akuisisi, mempertimbangkan motif dan tujuan di balik aksi perusahaan yang melakukan akuisisi. Namun, mereka dapat mempertimbangkan juga sumber daya slack yang tersedia di perusahaan pengakuisisi sebagai salah satu faktor dalam keputusan investasi, karena sumber daya tersebut dapat membantu perusahaan menghadapi risiko yang tak terduga yang mungkin muncul dalam proses akuisisi eksploratif. Studi lanjutan diharapkan dapat memperluas pengukuran kinerja jangka panjang untuk perusahaan yang melakukan akuisisi eksploratif. Penggunaan dan penerapan pengetahuan serta teknologi baru dalam operasi bisnis perusahaan seringkali memerlukan waktu yang signifikan. Selain itu, penelitian ini didasarkan pada sampel yang relatif kecil. Oleh karena itu, studi mendatang diharapkan dapat melibatkan sampel yang lebih besar dan memperpanjang periode penelitian untuk mendukung analisis statistik yang lebih kuat.

Penulis: Dr. Wisudanto, S.E., M.M.

Link: Acquisition motive, stock market performance, and slack resources us moderating variable

Baca Juga: Quercetin dalam Sistem Penghantaran Obat: Komposit Polimer, Karakteristik Fisik, dan Studi In vitro