Mengingat betapa besar kemajuan teknologi dan informasi, maka organisasi akan lebih mudah mencapai tujuannya dengan sumber daya manusianya yang kompeten. Kinerja pegawai akan meningkat jika sumber daya manusia melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Mengenai manajemen sumber daya manusia organisasi, individu adalah salah satu komponen terpenting untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Jadi, pemimpin harus memikirkan cara menanganinya dengan baik agar menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi.
Organisasi membutuhkan individu yang lebih kreatif dengan berkembangnya lingkungan yang dinamis dan kompetitif. Hal ini mendorong organisasi untuk memaksimalkan kinerja kreatif individu. Serangkaian tindakan dan perilaku terkait kreatif yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan organisasi. Prestasi kerja yang tinggi dimungkinkan jika karyawan memahami kemampuannya, karakteristik pekerjaan, dan metode yang tepat dalam menanggapi semua pekerjaan meskipun ada tantangan. Meningkatkan jumlah kinerja kreatif individu akan membantu mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan kinerja.
Kreativitas individu mendapat banyak perhatian dalam literatur karena diyakini penting bagi keberhasilan organisasi dan akan berdampak pada keberhasilan dalam berbagai pekerjaan dan industri. Konsep individu berbeda dengan bawahan karena individu dan pemimpin bekerja menuju tujuan yang sama. Selain itu, mereka percaya pada tujuan organisasi dan berkomitmen untuk mencapainya
Sebaliknya, bawahan mengacu pada mereka yang melaporkan pekerjaannya kepada atasannya. Kinerja kreatif individu merupakan hasil kolektif dari seluruh kemampuan dan upaya individu untuk mencapai target organisasi. Kinerja kreatif akan memberikan banyak manfaat, antara lain menghasilkan ide, produk, dan prosedur baru yang mendorong inovasi dan menjadi sumber keunggulan kompetitif organisasi. Selain itu, hal ini dapat membantu proses inovasi dengan mewujudkan ide-ide sukses yang penting bagi keberhasilan organisasi dan pertumbuhan berkelanjutan.
Lebih lanjut, konsep Pro-growth Working Environment dan nilai kewirausahaan dapat dikaitkan dengan lingkungan kreatif dalam organisasi. Sehingga individu diharapkan memiliki kemampuan menyerap pengetahuan dan menunjukkan kompetensi yang baik, yang akan membuat mereka berpikir positif dan mengalami pemberdayaan psikologis. Untuk mewujudkan kinerja kreatif dalam organisasi, para individu ini harus cukup percaya diri untuk melakukan pekerjaannya dengan baik.
Yang dimaksud dengan penelitian ini adalah suatu usaha rintisan atau usaha atau usaha perdagangan yang baru dirintis atau sudah lama tidak beroperasi (lebih tepatnya kurang dari 5 tahun). Sedang dalam tahap pengembangan yaitu menjalani proses untuk menemukan segmen pasar yang tepat untuk bisnis ini. Berdasarkan hasil survei start-up ranking.com pada tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat kelima dunia, dengan total jumlah bisnis start-up yang dimiliki oleh 2.180 bisnis start-up.
Berbagai pola kepemimpinan dapat diterapkan pada bisnis start-up, dan gaya kepemimpinan inilah yang akan menentukan keberhasilan dan keberlangsungan bisnis start-up. Pada penelitian-penelitian sebelumnya ditemukan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan pola kepemimpinan yang efektif pada bisnis start-up, di mana pemimpin menggunakan energinya untuk menciptakan lingkungan yang kreatif dan memberdayakan anggotanya, yang akan berdampak pada keberhasilan bisnis start-up.
Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja kreatif individunya. Berdasarkan hasil yang bertentangan tersebut, penelitian ini menemukan kesenjangan penelitian dalam mengukur peran kepemimpinan transformasional terhadap kinerja kreatif individu. Oleh karena itu, konteks kepemimpinan transformasional akan digunakan dalam penelitian bisnis start-up ini.
Kerangka konseptual kepemimpinan transformasional terhadap kinerja kreatif individu dengan hadirnya Pro-growth Working Environment, nilai-nilai kewirausahaan berbasis kemampuan interaksi pembangunan, dan pemberdayaan psikologis sebagai mediasi merupakan model baru yang diusulkan oleh penelitian ini. Khususnya dalam konteks kepemimpinan transformasional. perusahaan start-up Indonesia. Lebih lanjut, Pro-growth Working Environment dan Kemampuan Interaksi Pembangunan Berbasis Nilai Kewirausahaan merupakan konsep baru yang dikembangkan. Kinerja kreatif individu yang diwujudkan dengan benar dengan pengaruh variabel-variabel yang digunakan dengan benar diharapkan dapat mengatasi fenomena yang ada dan menjadikan perusahaan yang dapat berkembang secara berkelanjutan menjadi lebih baik.
Hasil penelitian ini menjelaskan secara komprehensif faktor pendorong kinerja kreatif Followers melalui Kepemimpinan Transformasional, Pro-growth Working Environment, Kemampuan Interaksi Perkembangan Berbasis Nilai Kewirausahaan, dan Pemberdayaan Psikologis. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja kreatif individu pada bisnis start-up dapat mengalami peningkatan yang lebih baik ketika mendapatkan pengaruh yang tepat melalui peran lingkungan pemberdayaan dalam mendukung pengaruh kepemimpinan transformasional.
Penulis : Anis Eliyana
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di : https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/21582440241240568
Baca juga: Kejatuhan Start Up dan Fenomena Tech Winter yang Berkelanjutan