Universitas Airlangga Official Website

Pariwisata Berkelanjutan di Taman Nasional: Studi Kasus dari Indonesia dan Afrika Selatan

Sumber: CNN Indonesia
Sumber: CNN Indonesia

Pandemi Covid-19 belakangan ini memicu isu terkait keberlanjutan pariwisata di seluruh dunia, termasuk di kawasan lindung seperti taman nasional. Masalah ini termasuk apakah nasional taman harus difokuskan pada konservasi atau pariwisata dan apakah pengelolaannya terpusat atau de-terpusat. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau kondisi pariwisata berkelanjutan di taman nasional terpilih di Indonesia dan Afrika Selatan. Kedua negara memiliki paradigma dan sistem manajemen yang berbeda.Indonesia terdesentralisasi dengan paradigma konservasi, sedangkan Afrika Selatan mengelola taman nasionalnya terpusat dengan paradigma pariwisata. Kami mengevaluasi kondisi ini dengan memeriksa literatur dari studi dalam lima tahun terakhir (2018-2022) terkait Baluran, Kayan Mentarang, Komodo, Kruger, dan Taman nasional Kgalagadi. Evaluasi dilakukan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan pariwisata berkelanjutan pilar lingkungan. Hasil kajian pustaka mengungkapkan bahwa taman nasional di Indonesia cenderung berorientasi pada aspek sosial dan lingkungan dengan variabilitas tinggi dalam kinerja pariwisata berkelanjutan. Ketika sistem pemerintahan berubah dari desentralisasi menjadi sentralisasi, orientasinya juga berubah mengutamakan aspek ekonomi. Sedangkan taman nasional di Afrika Selatan memiliki variabilitas yang rendah kinerja, dengan orientasi utama pada aspek ekonomi. Penelitian ini memberikan kontribusi pentingnya pengelolaan pariwisata berkelanjutan untuk dideteksi

Pengelolaan Taman Nasional Indonesia

Taman nasional di Indonesia berada di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam dan Konservasi Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Secara organisasi, Taman Nasional pengelolaannya dilakukan oleh Bagian Teknis Unit Pelaksana (UPT). Ada dua jenis UPT Taman Nasional yaitu UPT Kelas I dan UPT Kelas II, yang selanjutnya diklasifikasikan ke dalam Tipe A dan Tipe B (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan-coba, 2016). Ukuran taman nasional menentukan menambang kategori ini. Setiap UPT bebas memutuskan apakah akan membuka tur atau tidak dan di mana atau seberapa besar kawasan pariwisata adalah. Pemerintah pusat saja menyatakan bahwa taman nasional harus memiliki zonasi dan kegiatan wisata yang termasuk dalam salah satu alternatif yang dapat diambil di zona pemanfaatan. Kegiatan kepariwisataan ini harus dibatasi sifatnya untuk meningkatkan sebagai kesadaran akan pelestarian alam (Pemerintah Indonesia, 2011). Taman nasional dapat mengajukan permohonan pengusahaan wisata alam kepada menteri lingkungan hidup dan kehutanan, dan jika diperbolehkan, maka secara nasional taman nasional dapat membuka usaha wisata alam tersebut (Pemerintah Indonesia, 2010).

Taman Nasional Baluran

Taman Nasional Baluran merupakan kelas II B nasional. Taman terakhir yang terletak di pulau Jawa dimana merupakan paling banyak penduduknya di Indonesia. Kategori ini merupakan  kategori taman nasional terkecil dari empat kategori taman nasional. Daerah Baluran hanya memiliki luas sebesar 250 km2. Taman nasional ini dikenal dengan Afrika van Java karena adanya ekosistem savanna yang mendominasi taman nasional daerah. Akses ke taman nasional sangat mudah karena letaknya diantara wisata nasional pusat di Bali, turis asing terkemuka di Indonesia tujuan (Widodo et al., 2012). Sebuah daerah jalan melewati taman menjadi rute utama tujuan wisata. Selain ekosistem savanna, tujuan pantai di dalam taman nasional dapat dikunjungi melalui jalan tertentu.

Sejak jalan ini diaspal lagi, jumlah wisatawan telah meroket dari hanya maksimal seribu orang pada hari libur menjadi beberapa ribu orang setiap hari (Hansen et al., 2020).Meski begitu, potensi wisata di Baluran sangat besar masih belum berkembang dengan baik. Meskipun dikunjungi oleh hampir 100.000 orang setiap tahunnya, lebih dari 95%.turis lokal membayar tiket masuk murah dan lewat saja (Pudyatmoko et al., 2018). Sebagai Akibatnya, tidak ada dampak ekonomi positif pada masyarakat sekitar. Penduduk setempat hanya mendapatkan penghasilan dari ojek atau akomodasi sederhana

Studi ini menemukan bahwa taman nasional di Indonesia dan Afrika Selatan memiliki penampilan yang berbeda dalam pariwisata berkelanjutan dan tidak ada yang maksimal pencapaian. Taman nasional di Indonesia cenderung memiliki kinerja campuran. Taman Nasional Baluran memiliki kinerja rendah di semua aspek: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kayan Mentarang Nati-taman yang sehat secara sosial dan lingkungan, sementara Taman Nasional Komodo memiliki nilai ekonomi yang tinggi pilar. Di sisi lain, taman nasional di Selatan Afrika cenderung seragam dalam hal performa, dan semuanya tinggi di pilar ekonomi dan rendah pada pilar sosial dan lingkungan. Temuan ini dijelaskan karena perbedaan dalam ma-paradigma dan model manajemen.

Konservasi- paradigma dengan manajemen desentralisasi model di Indonesia menciptakan variasi yang tinggi dalam kinerja pariwisata berkelanjutan di negara- taman akhir negara ini dengan penekanan pada so-aspek sosial dan lingkungan. Paradigm dengan model manajemen terpusat di Afrika Selatan membuat kinerja nasional taman relatif seragam dan berfokus pada ekonomi aspek. Penelitian ini berkontribusi pada tata kelola (terpusat vs. terdesentralisasi) dan ideologi (konsentrasi) layanan vs pariwisata) dalam menentukan berkelanjutan kinerja pariwisata di taman nasional.

BHAYU RHAMA * [bhayurhama@sip.upr.ac.id]

DIAN YULIE REINDRAWATI ** [dian.reindrawati@vokasi.unair.ac.id]

Diteribitkan di Journal of Tourism and Development  no 41, 2023, hal 63-77

DOI: 10.34624/rtd.v41i0.3240 e-ISSN 2182-1453