Universitas Airlangga Official Website

Pasang Surut Pariwisata di Tanah Air

Foto by IDN Times

Tahun 2020 adalah awal dari bencana yang tidak kita ketahui akan menjadi masalah yang sangat besar di semua sector tanpa terkecuali, covid 19 membuat semua sektor melemah bahkan terhenti, Sektor pariwisata yang menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah maupun negara menjadi terhambat.  Covid 19 tidak hanya menyerang di sektor Kesehatan yang memakan jutaan korban jiwa, tak cukup sampai disitu saja, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dikarenakan perusahaan yang tidak mampu bertahan sehingga melakukan pengurangan pegawai atau karyawan agar perusahaan tetap bisa berjalan.

Sektor pariwisata juga menerima dampak yang begitu besar selama pandemic covid 19 negara melakukan penutupan akses keluar atau masuk dalam negeri maupun luar negeri sehingga kota dengan sumber pendapatan terbesar melalui Kawasan wisata mengalami krisis karena tidak adanya wisatawan yang berkunjung. “bali adalah pulau yang penuh dengan keindahan namun saat pandemic terjadi bali menjadi kota yang sangat hening bahkan jalan raya kuta, jalan Legian yang sebelumnya ramai dan padat menjadi sangat sepi bahkan tidak ada kegiatan yang terjadi,” Ujar salah satu wisatawan local. Pemerintah mengupayakan agar perekonomian masyarakat dapat Kembali normal meski sedang diterjang pandemic “Karena terdampak pandemic pendapatan desa adat kutuh turun hingga 90% oleh karena itu kami akan berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk Menyusun Langkah – Langkah yang strategis yakni Program free covid corridor, program padat karya, program bantuan lunak,” Ujar Menteri PAREKRAF. Upaya juga dilakukan untuk menarik wisatawan lokal agar Kembali berkunjung dengan menurunkan harga tiket masuk wisata bahkan harga hotel maupun villa terbilang sangat murah yang membuat wisatawan lokal berdatangan, namun karena kondisi Covid 19 yang naik turun sehingga hal itu tidak memberikan dampak yang signifikan, dengan banyaknya peningkatan kasus covid19 kunjungan keluar daerah ( Domestik ) jadi terbatas karena diterapkannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ) juga adanya syarat untuk menaiki kendaraan umum seperti kapal laut, pesawat, kereta api, dan bus yakni melakukan tes antibodi, hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran virus covid 19 juga menerapkan 3M ( mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak ) agar wisatawan yang berlibur lebih yakin bahwa kota – kota wisata aman untuk dikunjungi

Pandemic covid 19 di Indonesia perlahan telah mengalami penurunan sejak awal 2022, hal ini membuat Pariwisata di Indonesia kian mengalami kenaikan, dari sebelumnya yang cukup memprihatinkan terlebih untuk daerah di Indonesia yang merupakan kota wisata seperti Bali, Lombok, dan Jogja yang kehilangan sumber pendapatan yakni wisatawan lokal maupun mancanegara. Saat ini indonesia Khususnya kota wisata seperti pulau bali, Lombok, dan jogja berangsur membaik dengan dibuka kembalinya penerbangan internasional sehingga sudah mulai banyak wisatawan mancanegara datang untuk menikmati masa liburannya di Indonesia. Dapat kita ketahui melalui data dari BPS bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia melalui pintu utama pada Juni 2022 mencapai 342,44 ribu kunjungan, hal ini naik 1.973,96 persen dibanding dengan tahun 2021, Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, jumlah kunjungan wisman pada Juni 2022 juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 62,69 persen. Sedangkan jika dari Januari hingga Juni 2022, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke indonesia melalui pintu masuk utama mencapai 743,21 ribu kunjungan, naik 929,66 persen dibanding dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada periode yang sama tahun 2021. Saat ini pemerintah banyak melakukan perbaikan bahkan pemberian dana bantuan untuk meningkatkan pariwisata yang ada di Indonesia, tidak hanya itu adanya event – event internasional yang berlangsung di Indonesia dimanfaatkan dengan baik sebagai pengenalan Indonesia kepada dunia, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keindahan – keindahan yang tidak ada habisnya.

Mengingat kejadian Pandemic covid 19 selama dua tahun terakhir hal ini dapat menyebabkan terjadinya inflasi di dunia karena terhambatnya perputaran uang dunia hal ini memicu Resesi pada negara berkembang dan ekonomi berkembang pada tahun 2023, sedangkan di Indonesia sendiri resesi bisa terjadi apa bila pemimpin – pemimpin kita tidak mampu melihat peluang sektor apa saja yang akan bersinar, hal ini menjadi hal baik karena Menurut hasil survey yang dilakukan bahwasannya 280 juta penduduk indonesia didominasi oleh usia produktif usia muda, dengan diadakannya banyak pelatihan pengembangan sumber daya manusia menghasilkan masyarakat yang lebih cermat dalam mengelola maupun melihat peluang apa yang dibutuhkan oleh indonesia, sebagai contoh masyarakat dapat mengembangkan lokasi wisata yang ada di daerahnya masing – masing agar dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang ada di daerah maupun negara. Dengan adanya sumber daya manusia yang dapat diandalkan akan membuat perekonomian yang ada di Indonesia meningkat dengan cepat tanpa khawatir adanya Resesi di tahun 2023. Yang menjadi kekhawatiran adalah tahun politik di 2024 hal ini dapat menjadi boomerang bagi Indonesia apabila calon pemimpin ataupun pendukung masih memikirkan keinginan mereka sendiri tanpa memikirkan yang terbaik bagi Indonesia, Sistem yang seharusnya sudah berjalan dengan baik namun karena kepentingan pribadi dapat berubah, dan hal ini membuat apa yang telah dicapai sebelumnya harus di mulai ulang dari awal.

Penulis: Arrum Imanto (Mahasiswa S2 PSDM UNAIR)