Sediaan parenteral adalah sediaan farmasi yang dipersyaratkan bebas partikel dan steril. Untuk melindungi sediaan dari pengaruh mikroorganisme dan bahan luar yang dapat merusak mutu sediaan diperlukan kemasan. Kemasan sediaan farmasi terdiri dari wadah dan penutup. Wadah merupakan tempat penyimpanan sediaan yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sediaan sepanjang waktu. Wadah dan penutup yang digunakan dalam sediaan parenteral tidak boleh berinteraksi secara fisika maupun kimia yang dapat mengubah kekuatan, mutu, atau kemurnian sediaan parenteral. Selain itu, wadah juga tidak boleh melepaskan partikel, tahan terhadap perubahan tekanan dan suhu akibat proses sterilisasi, memiliki integritas selama pengangkutan dan penanganan, melindungi dari radiasi, transparan, cost effective, kedap udara, dan bentuk wadah memudahkan penyimpanan dan pengangkutan.
Wadah gelas lebih banyak digunakan pada sediaan parenteral karena sifatnya yang inert, kuat, transparan, dan mudah disterilkan. Namun, penggunaan wadah gelas memiliki kekurangan yaitu berpotensi mudah pecah dan memiliki massa yang lebih berat sehingga dapat memperbesar beban distribusi.  Wadah  plastik  dapat menjadi alternatif pengganti karena memiliki massa yang lebih ringan, fleksibel, harganya relatif murah, tahan air, kuat secara mekanik, dan tidak membutuhkan banyak ruang penyimpanan sehingga memudahkan dalam pendistribusian.
Manfaat PP
Polipropilena (PP) merupakan wadah plastik yang berasal dari polimer termoplastik. PP memiliki berbagai keunggulan di antaranya adalah kompatibel terhadap berbagai senyawa kimia dan stabil terhadap panas. PP memiliki densitas terendah di antara komoditas plastik, memiliki resistensi kimia yang sangat baik, dapat terproses melalui banyak metode seperti injection molding dan ekstrusi, tahan terhadap suhu tinggi, dan memiliki kekuatan mekanik yang baik. Selain itu PP memiliki transparansi yang baik, dan dapat melindungi sediaan terhadap kelembaban dan bau dari lingkungan.
Kerjasama penelitian antara peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dengan Department of Research and Development PT Satoria Aneka Industri ini, bertujuan untuk mengevaluasi stabilitas fisik sediaan parenteral siplofloksasin dan levofloksasin yang dikemas dalam wadah plastik polipropilen 100 mL setelah proses sterilisasi panas basah dengan otoklaf suhu 115℃ selama 30 menit. Â
Sediaan injeksi siprofloksasin dan levofloksasin dibuat dengan melarutkan bahan aktif siprofloksasin laktat atau levofloksasin hemihidrat dengan pelarut air pro injeksi. Larutan dikemas dalam wadah plastik polipropilen volume 100 mL dan disterilisasi dengan metode panas basah menggunakan otoklaf suhu 115 °C selama 30 menit. Parameter mutu fisik sebelum dan sesudah proses sterilisasi dibandingkan dan dianalisis dengan uji t-test berpasangan pada α 0,05. Â
Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi kebocoran pada sediaan setelah proses sterilisasi panas basah. Bentuk wadah polipropilen menjadi lebih lentur dan tidak serigid sebelum diberi perlakuan sterilisasi karena peningkatan suhu dan tekanan dalam wadah selama proses sterilisasi. Hasil pemeriksaan organoleptis dan kejernihan sediaan menunjukkan tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah sterilisasi panas basah. Dari hasil pemeriksaan bobot sediaan diketahui proses sterilisasi panas basah terhadap kedua sediaan tidak mengubah bobot sediaan, karena  tidak ada kebocoran wadah atau masuknya uap air dalam wadah. Berdasarkan pemeriksaan pH sediaan menunjukkan metode sterilisasi panas basah tidak memengaruhi pH kedua sediaan. Perubahan pH suatu sediaan dapat terjadi setelah proses sterilisasi dengan melibatkan panas. Adanya interaksi antara komponen dalam sediaan, melarutnya gas ataupun interaksi antara sediaan dengan wadah dapat merubah pH sediaan. Hal tersebut  dapat berdampak pada kelarutan bahan aktif dan stabilitas kimia sediaan.
Selain dipersyaratkan harus jernih, sediaan parenteral juga harus memenuhi syarat jumlah dan ukuran partikel. Partikel asing dapat berasal dari bahan baku active pharmaceutical ingredients, bahan tambahan, pelarut WFI ataupun lepasnya komponen wadah dalam sediaan. Sebelum proses sterilisasi, jumlah partikel dengan ukuran ≥ 10 µm pada sediaan siprofloksasin sekitar 460 – 466 partikel/wadah sedangkan pada sediaan levofloksasin sekitar 384 -398 partikel/wadah dan jumlah partikel dengan ukuran ≥ 25 µm pada sediaan siprofloksasin sekitar 74-80/wadah, sedangkan pada sediaan levofloksasin sekitar 32-34 partikel/wadah. Setelah proses sterilisasi kedua sediaan menunjukkan peningkatan jumlah partikel secara signifikan berdasarkan analisis uji t berpasangan pada α 0.05, namun peningkatan jumlah tersebut masih dalam batas yang dipersyaratkan. Batas jumlah partikel pada sediaan SVP dengan ukuran ≥10 µm dinyatakan sebanyak 6000 partikel, sementara untuk ukuran ≥ 25 µm sebanyak 600 partikel per wadah.
Hasil pemeriksaan sterilitas sediaan menggunakan metode inlokulasi langsung setelah pengenceran hingga tidak menunjukkan aktivitas sebagai antibiotika menunjukkan sediaan dalam kondisi steril. Dari hasil penelitian yang diperoleh, peneliti mendapatkan sediaan parenteral siprofloksasin dan levofloksasin dalam wadah plastik PP 100 mL setelah sterilisasi dengan panas basah suhu 115 °C selama 30 menit mampu  mempertahankan stabilitas fisik sediaan meliputi organoleptis, kejernihan, bobot dan pH larutan sediaan namun meningkatkan jumlah partikel dalam batas yang dipersyaratkan.
Penulis: Dr. apt. Dewi Isadiartuti, M.Si
Link: https://impactfactor.org/PDF/IJDDT/14/IJDDT,Vol14,Issue2,Article11.pdf
Baca juga: Kurkumin dengan Aktivitas Antioksidan Tinggi untuk Mencegah Peroksidasi Lipid