UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Prima Dini Antares berkesempatan tampil di acara internasional. Kali ini ia mengikuti forum Asian Forensic Sciences Network (AFSN) Annual Meeting yang ke-lima belas. Acara itu berlangsung mulai Senin (14/9/2023) hingga Jum’at (15/9/2023) di Kuala Lumpur, Malaysia.
Pada AFSN, Dini membahas metode membedakan jenis kelamin pada sisa rangka manusia. dirinya mempresentasikan metode antropometri segitiga MAP (Mastoid, Asterion, dan Porion) pada sampel orang Indonesia.
“Sebelumnya, pernah ada penelitian dari luar, dari Brazil dan Nigeria. Nah, punya kita sampel orang Indonesia dengan segitiga MAP,” ujarnya.
“Kita mau mencari alternatif lain untuk membedakan jenis kelamin. Biasanya kalo kita itu pake metode non-metrik, namun metode ini terlalu susah untuk pemula. Metode metrik segitiga MAP ini lebih mudah bagi pemula,” imbuhnya.
Mendapat Insight dan Wawasan Baru
Dini mengatakan bahwa dengan ikut forum tersebut, dirinya mendapat banyak pandangan baru terkait forensik. Misalnya, cara menyelesaikan kasus child abuse hingga kasus orang tenggelam. Ia juga berkesempatan bertemu dengan ahli forensik se-Asia.
“Banyak insight dari orang-orang penting di bidangnya. Kaya bagaimana cara mereka menyelesaikan suatu kasus. Kaya kasus child abuse, kasus tenggelam,” katanya.
“Jadi, saya merasa kaya teknologi di bagian forensik itu udah maju banget. Terus saya juga sadar kalo orang-orang di sini bukan orang main-main. Mereka benar-benar orang yang udah punya pengalaman banyak banget dan koneksinya juga luas,” tambahnya.
Satu-satunya Mahasiswa S1 yang Hadir
Dini ternyata merupakan satu-satunya mahasiswa dari jenjang S1 yang hadir dalam forum ahli forensik se-Asia itu. Dirinya mengaku bahwa diajak untuk ikut dan hadir dalam forum tersebut. Awalnya, dengan pengumpulan abstrak hingga penelitian oleh dosen Antropologi peminatan ragawi Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati DFM PA (k).
“Awalnya ditawari oleh beliau (Prof Dr Phil Toetik, Red), mau ikut apa tidak. Terus setelah itu saya membantu dalam proses penelitian mulai dari menghitung data, identifikasi tengkorak, dan lainnya,” ungkap Dini.
Ia juga berharap ada perwakilan lagi dari antropologi untuk tahun mendatang. Karena, pengalaman yang diberikan oleh acara ini sangatlah banyak dan berharga. (*)
Penulis: Muhammad Naqsya Riwansia
Editor : Feri Fenoria