Universitas Airlangga Official Website

Industri Manufaktur di Jawa Timur

Foto oleh Business Times

Industri manufaktur Indonesia, setidaknya selama satu dekade, adalah yang terbesar kesepuluh di dunia, menyiratkan kontribusinya yang luar biasa sebagai penyumbang terbesar bagi perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) (2020) mencatat bahwa industri manufaktur berkontribusi lebih dari 20% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata 25% dari tahun 2005 hingga 2014. Tahun 2005 tercatat sebagai kontribusi terbesar sebesar 27,4%, tetapi dalam sembilan tahun berikutnya sedikit menurun menjadi 25% pada tahun 2014 dan 19% pada tahun 2018. Selain kontribusinya yang besar terhadap PDB, industri manufaktur berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja yang mencapai 1,2 juta orang pada tahun 2021 sehingga secara total terdapat 18,7 juta orang di sektor manufaktur. Jumlah ini meningkat 7% dari total tenaga kerja pada 2020 yang sebesar 17,48 juta orang. Sementara itu, performa ekspor industri manufaktur berkontribusi paling besar pada tahun 2021, yakni mencapai 177,10 miliar USD dan menyumbang hingga 76,49% dari total ekspor nasional. Pencapaian ini meningkat dibandingkan tahun 2020 (131 miliar Rupiah) dan tahun 2019 (127,38 miliar Rupiah). Peningkatan ini sejalan dengan realisasi investasi di sektor manufaktur pada 2021 yang mencapai 325,4 triliun Rupiah atau meningkat 19,24% dibandingkan tahun 2020.

Adanya arah kebijakan sektor prioritas ini menjadikan sektor manufaktur sebagai objek penelitian yang menarik bagi para peneliti, khususnya di Jawa Timur. Berbagai studi telah dihasilkan dalam rangka membahas secara rinci performa sektor industri manufaktur di Indonesia. Indikator performa yang sering dibahas dalam beberapa studi adalah produktivitas dan efisiensi industri manufaktur. Produktivitas dalam sebuah ukuran yang disebut Total Factor Productivity (TFP) menggambarkan seberapa produktif input yang digunakan dalam proses produksi dalam menghasilkan output. Sementara itu, indikator efisiensi melengkapi indikator produktivitas dengan memberikan informasi tentang seberapa efisien penggunaan input-input, seperti mesin, tenaga kerja, bahan baku, dan konsumsi energi, dalam menghasilkan output. Kedua indikator ini dapat menjadi acuan performa industri manufaktur di Indonesia sehingga evaluasi kebijakan kemudian dapat disusun dalam rangka memperbaiki indikator yang kurang maksimal dan meningkatkan indikator yang telah baik.

Temuan Penting

Temuan-temuan penting yang dihasilkan dari penelitian terdahulu tentang performa produktivitas dan efisiensi industri manufaktur di Indonesia mencakup beberapa poin. Pertama, peran perusahaan multinasional sebagai stimulator produktivitas dan efisiensi perusahaan domestik dan perekonomian secara umum. Kedua, eksposur internasional melalui rantai nilai global dan aktivitas ekspor-import menjadi akselerator produktivitas dan perbaikan efisiensi perusahaan manufaktur di Indonesia. Ketiga, peran perusahaan manufaktur berskala besar sebagai jembatan perusahaan berskala sedang dan kecil dalam pasar internasional. Keempat, iklim kompetisi antar perusahaan manufaktur dalam merangsang produktivitas dan efisiensi industri manufaktur di Indonesia.

Rekomendasi Kebijakan

Pertama, pentingnya analisis kebijakan investasi asing bagi Pemerintah Jawa Timur. Meskipun investasi diatur melalui pemerintah pusat, tetapi Pemerintah Jawa Timur harus memastikan bahwa sektor penerima FDI memiliki kapasitas teknis untuk mendapatkan keuntungan dari kehadiran perusahaan multinasiona. Keterkaitan yang terjadi antara perusahaan domestik dan asing baik secara horizontal maupun vertikal (hulu dan hilir) dapat meningkatkan kemampuan inovasi perusahaan dan pekerja, menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih tinggi karena perusahaan berinovasi dalam praktik, produk, dan layanan, yang mengarah pada efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi.

Rekomendasi kebijakan kedua adalah berkaitan dengan kegiatan ekspor-import Pemerintah Jawa Timur. Secara umum, kebijakan kemudahan ekspor, seperti menyederhanakan prosedur ekspor, atau memberikan informasi tentang pasar ekspor akan sangat bermanfaat bagi perusahaan domestik. Meskipun demikian, prinsip kehati-hatian harus tetap diterapkan mengingat tidak semua perusahaan dapat melakukan ekspor, sehingga kebijakan promosi ekspor dapat salah menargetkan perusahaan dalam perekonomian.

Rekomendasi ketiga adalah berkaitan dengan strategi optimalisasi perusahaan besar di Jawa Timur. Program peningkatan jumlah perusahaan besar di Jawa Timur perlu digagas karena perusahaan besar dapat mempercepat produktivitas industri pengolahan dalam negeri melalui sistem pengelolaan yang lebih maju.

Oleh: Miguel Angel Esquivias

Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/foreign-direct-investment-and-wage-spillovers-in-the-indonesian-m